Di Tengah Disrupsi Digital, Saatnya Muslim Bangkit dengan Iman yang Adaptif

2 hours ago 5
Dok. Mas Imam NawawiDok. Mas Imam Nawawi

TOPNEWS62.COM, DEPOK — Dunia digital telah mengubah cara manusia berpikir, merasa, dan berinteraksi. Informasi mengalir deras, teknologi terus melesat, dan gaya hidup serba instan menjadi norma baru. Namun di balik kemudahan itu, muncul gejala yang tak kalah serius: krisis makna dan melemahnya ikatan spiritual.

Generasi muda Muslim kini menghadapi tantangan yang unik. Mereka bukan hanya harus cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh secara spiritual. Tantangan terbesar bukan lagi pada akses ilmu, tetapi arah keyakinan.

“Era digital adalah ujian bagi kualitas iman. Ia menuntut kita bukan hanya percaya, tapi benar-benar yakin,” ujar Ustaz Abdullah Said saat mengisi kajian di Depok, Ahad (5/10).

Iman Sebagai Daya Tahan Spiritual

Percaya kepada Allah adalah awal, tetapi yakin kepada-Nya adalah kekuatan bertahan. Dalam konteks dunia digital yang penuh distraksi, iman berfungsi layaknya antivirus spiritual—menyaring apa yang masuk ke hati dan pikiran.

Ulama besar Ibnul Qayyim mengingatkan, ketika yakin telah bersemi dalam hati, maka hilanglah kegelisahan. Yakin menjadikan seorang Muslim tegar, tidak mudah goyah oleh opini viral atau tren sesaat.

Sementara Imam Al-Ghazali menegaskan, orang yang benar-benar yakin akan hidup dalam ketenangan karena hatinya terpaut hanya pada Allah, bukan pada like, follower, atau validasi manusia.

Tantangan Baru: Godaan Digital dan Krisis Autentisitas

Di media sosial, kebenaran sering kali dikalahkan oleh popularitas. Banyak yang lebih sibuk membangun citra daripada menumbuhkan karakter. Dalam situasi seperti ini, iman bukan sekadar keyakinan batin, tapi kompas moral yang menjaga manusia dari kehilangan arah.

Konten negatif, hedonisme virtual, dan budaya pamer telah menjadi racun halus yang mengikis nilai-nilai ruhani. Maka, memperkuat iman berarti melatih kesadaran digital—menyaring apa yang dilihat, didengar, dan diikuti.

Menumbuhkan Yakin Melalui Literasi dan Aksi

Yakin tidak lahir dari keajaiban, tapi dari proses panjang: belajar, memahami, dan beramal. Inilah pentingnya literasi spiritual di era digital. Setiap Muslim dituntut untuk tidak hanya mengonsumsi informasi, tetapi juga menimbangnya dengan ilmu dan akal sehat.

Langkah-langkah sederhana bisa dimulai dengan:

  • Membiasakan dzikir dan tadabbur di sela aktivitas digital.
  • Mengikuti kajian daring yang kredibel, bukan sekadar viral.
  • Menggunakan media sosial sebagai ladang dakwah dan inspirasi.
  • Menjaga niat agar setiap unggahan bernilai ibadah.

Dari Percaya Menuju Yakin: Revolusi Keimanan Era Digital

Kini saatnya umat Islam menempuh perjalanan spiritual yang lebih matang—dari sekadar percaya menuju yakin. Yakin membuat seorang Muslim tidak lagi mudah panik menghadapi perubahan, tidak minder dengan kemajuan, dan tidak hanyut oleh budaya instan.

Keyakinan yang sejati melahirkan keteguhan, ketenangan, dan kebijaksanaan. Dalam dunia digital yang semakin bising, iman yang yakin menjadi mercusuar yang menerangi arah hidup.

Karena pada akhirnya, bukan teknologi yang menentukan siapa kita, tapi seberapa kuat keyakinan kita kepada Allah dalam menggunakannya.

Mas Imam Nawawi

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |