Dari Percaya Menuju Yakin: Jalan Panjang Keimanan Muslim Era Digital

2 hours ago 4
Dok. Mas Imam NawawiDok. Mas Imam Nawawi

BISNISTIME.COM, DEPOK -- Di tengah era digital yang serba cepat dan terkoneksi tanpa batas, hidup manusia tampak semakin modern. Namun di balik semua kecanggihan itu, banyak yang justru kehilangan kedalaman spiritual. Generasi muda Muslim—khususnya milenial dan gen Z—berhadapan langsung dengan derasnya arus gaya hidup instan, distraksi tanpa henti, dan godaan digital yang perlahan mengikis makna keimanan.

Dalam situasi seperti ini, berpegang teguh pada ajaran Islam bukan sekadar soal rutinitas ibadah. Ia telah menjadi perjuangan batin yang menuntut satu pondasi kokoh: yakin kepada Allah, yakni keyakinan atas kebenaran Alquran dan Sunnah.

Beda Percaya dan Yakin

Percaya dan yakin adalah dua hal yang serupa tapi tak sama.

Percaya berarti menerima kebenaran sesuatu—termasuk ajaran agama—meski tanpa pemahaman yang utuh. Ia ibarat menerima peta tanpa pernah menapaki jalan di dalamnya.

Sedangkan yakin adalah keyakinan yang lahir dari ilmu, pengalaman, dan pemahaman mendalam. Ia tumbuh melalui proses belajar, merenung, dan membuktikan kebenaran dengan hati dan pikiran.

Menurut Ustaz Abdullah Said, setiap Muslim penting memahami konsep “Sistematika Wahyu”, yaitu metodologi ber-Islam yang menumbuhkan kesadaran dan keyakinan sejati sehingga mampu menampilkan keindahan nilai-nilai Islam dalam kehidupan nyata.

Dengan demikian, yakin adalah puncak iman—energi spiritual yang bukan hanya menggerakkan hati, tapi juga mengubah cara berpikir dan bertindak.

Yakin Sebagai Kompas di Tengah Kebisingan Digital

Ulama besar Ibnul Qayyim pernah menulis:

“Ketika yakin telah mantap menancap dalam hati, seketika itu pula hilanglah keraguan dan kegelisahan.”

Hati yang yakin akan melahirkan cinta yang tulus kepada Allah, ketundukan tanpa syarat, dan rasa syukur yang tidak pernah kering. Dari keyakinan itu lahir kekuatan untuk bertawakal dan berserah diri secara total kepada Sang Pencipta setelah berikhtiar maksimal.

Imam Al-Ghazali juga menegaskan, orang yang mencapai derajat yakin akan hidup dalam khasyah—rasa takut yang mulia kepada Allah, bukan karena takut siksa, melainkan takut kehilangan cinta-Nya.

Manifestasi Keyakinan dalam Kehidupan Sehari-hari

Keyakinan yang sejati akan tampak dalam tindakan nyata:

  • Menjaga lisan, dari dusta dan ghibah yang menghapus nilai amal.
  • Melindungi hati, dari hasad, dengki, dan kebencian yang mengotori jiwa.
  • Mengamankan pandangan, dari hal-hal yang diharamkan, termasuk konten digital yang meracuni pikiran.
  • Mengarahkan hidup, untuk kebaikan, seolah setiap detik adalah investasi menuju kehidupan abadi.

Dalam derasnya distraksi digital hari ini, yakin kepada Allah adalah kompas sejati. Ia menuntun generasi muda agar tidak terjebak pada kesenangan fana dan tetap berpegang pada nilai-nilai abadi.

Menapak Jalan Menuju Yakin

Kini saatnya umat Muslim melangkah lebih jauh dari sekadar percaya. Dengan menuntut ilmu, memperdalam pemahaman, dan melatih diri secara spiritual (riyadhah), derajat yakin bisa dicapai.

Yakin bukan hanya status iman, melainkan kekuatan jiwa yang menegakkan prinsip, menumbuhkan ketenangan, dan mengokohkan ketaatan kepada Allah.

Dalam dunia yang bising dan penuh distraksi, hanya yakin yang teguh yang mampu menghadirkan ketenangan sejati dan mengarahkan langkah menuju ridha Ilahi.

Mas Imam Nawawi

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |