Nabi Yusuf dan Politik Pemerintahan

8 hours ago 6

Image Gili Argenti

Risalah | 2025-09-30 13:13:48

Politik dapat diartikan usaha atau cara mencapai masyarakat yang terbaik, politik sangat identik dengan kekuasaan, tetapi kekuasaan yang dimaksud memiliki tujuan sangat mulia dan luhur, mencapai kebaikan yang tertinggi bagi umat manusia, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan.

Di dalam ajaran Islam terdapat banyak kisah memiliki dimensi politik, kisah seperti Nabi Yusuf di Mesir banyak mengajarkan kepada kita hari ini, tentang kepemimpinan, administrasi kenegaraan, dan menanggulangi krisis pangan. Bagitu juga kisah Nabi Musa memberikan informasi tentang perlawanan pada kekuasaan otoriter, berikutnya kisah Nabi Daud dan Nabi Sulaiman menceritakan pentingnya bagi seorang penguasa di dalam menegakkan keadilan hukum, serta strategi membangun diplomasi politik ketika berhadapan dengan negara lain.

Sedangkan di dalam kisah Nabi Ibrahim, kita mendapatkan pelajaran tentang seni berdialektika antara Sang Nabi dengan penguasa zalim (Namrud) tentang Tuhan, selain itu kisah bapak para nabi ini, memberikan pelajaran akan keteguhan, bagaimana mempertahankan keimanan, ketika menghadapi kekuasaan tirani, walaupun harus menerima konsekuensi hukuman berat.

Tentu saja kisah Nabi Muhammad SAW ketika membangun negara kota (city-state) di Madinah, telah banyak menjadi rujukan bagi politik modern saat ini di dalam membangun peradaban berkeadilan dan berkesejahteraan. Melalui Piagam Madinah Rasulullah SAW mengatur keragaman dan toleransi di kota itu, di dalamnya tertulis kelompok non-Islam seperti Yahudi, Nasrani, dan Majusi (Zoroaster) memiliki hak dan kewajiban sama dengan kelompok Islam.

Di Piagam Madinah juga di atur kelompok Islam dan non-Islam memiliki kebebasan untuk menjalankan kepercayaan agamanya, mereka semuanya mendapat perlindungan setara, serta semua komunitas (Islam dan non-Islam) bertanggungjawab penuh atas keselamatan komunitas lain, tidak boleh saling menyerang apalagi membunuh, serta setiap orang harus membantu siapa pun yang mengalami kesulitan secara ekonomi-finansial, disebabkan terlilit utang.

Kisah Nabi Yusuf

Di dalam tulisan ini penulis akan mengulas kisah dari Nabi Yusuf yang memiliki dimensi politik pemerintahan, terutama corak politik yang memiliki karakteristik wasathiyyah.

Intisari kisah Nabi Yusuf adalah ketika dibuang oleh saudarnya ke dalam sumur, kemudian diselamatkan serta berakhir di istana salah satu pembesar Mesir, kemudian Nabi Yusuf masuk penjara, di fitnah menggoda istri sang pembesar Mesir itu. Di dalam penjara Nabi Yusuf berhasil menafsirkan mimpi Raja Mesir. Nabi Yusuf ditawari menjadi pejabat Kerajaan. Lamanya Nabi Yusuf dari dalam sumur sampai menjadi pejabat di Mesir, membutuhkan waktu kurang lebih empat puluh tahun (Wiharso, 2018)

Di dalam karyanya Dr. Yusuf Qaradhawi (2025) menjelaskan Nabi Yusuf merupakan seorang pemuda yang sangat jujur, memiliki wajah rupawan serta kekuatan fisik yang matang, ketika tinggal di Mesir Nabi Yusuf bekerja pada seorang pejabat kerajaan bernama Al-Aziz. Ketika Nabi Yusuf bekerja di rumah Al-Aziz, istri pejabat itu yang memiliki paras cantik mencoba menggodanya, bentuk godaan tidak saja sekedar isyarat, tetapi sudah berupa ajakan verbal, tetapi Nabi Yusuf menolaknya dengan penuh keteguhan, kemudian istri pejabat Mesir itu mengancamnya dengan mengajukan dua pilihan, menuruti perkataanya atau masuk penjara. Nabi Yusuf memilih masuk penjara dari pada melakukan perbuatan zinah dengan istri pejabat Mesir itu.

Di dalam penjara, Nabi Yusuf dikenal oleh para penghuni sel penjara sebagai pemuda yang bijak, pandai, dan saleh, serta mampu menafsirkan mimpi. Kemudian Nabi Yusuf berhasil menafsirkan mimpin Raja Mesir akan datangnya bencana kekeringan dan kelaparan, sehingga Nabi Yusuf ditawari oleh Raja Mesir menjadi pejabat kerajaan, untuk menyelamatkan rakyat Mesir dari ancaman kelaparan, Nabi Yusuf bersedia menjadi pejabat di kerajaan Mesir itu.

Politik Pemerintahan

Keterlibatan Nabi Yusuf di dalam pemerintahan Kerajaan Mesir, di kemudian hari menjadi salah satu alasan kelompok Islam politik kontemporer untuk tetap berkiprah di dalam sistem politik yang tidak islami, karena waktu itu pemerintahan Mesir bukanlah pemerintahan Islam, tetapi pemerintahan non-Islam, sebagian besar pejabat dan rakyat Mesir Kuno menyembah berhala atau paganisme (Maulana, 2020). Bahkan terdapat indikasi kuat, bahwa kerajaan Mesir ketika itu, menerapkan kezaliman pada rakyatnya hal ini dapat dibuktikan dengan terpenjaranya Nabi Yusuf, yang tidak melakukan kesalahan apapun (Ridha, 2003).

Menurut Rached Ghannouchi, cendikiawan Islam dari negara Tunisia, menyampaikan bahwa ketika Nabi Yusuf menerima tawaran jabatan itu, Nabi Yusuf tidak menunggu sampai orang-orang Mesir itu meninggalkan paganisme dan memeluk agama tauhid, kemudian baru masuk ke dalam pemerintahan, yang dilakukan Nabi Yusuf adalah menjadi bagian dari pemerintahan non-Islam untuk menyelamatkan banyak orang. Sikap seorang muslim tidak memiliki pilihan, selain berpartisipasi di dalam mendirikan serta menyelenggarakan pemerintahan untuk melayani masyarakat dan mencegah kemungkaran (Maulana, 2020).

Sikap Nabi Yusuf yang menerima posisi sebagai pejabat Mesir, untuk menangani ancaman krisis pangan selama tujuh tahun itu, kita dapat melihatnya sebagai bagian dari kemaslahatan umat, untuk mendatangkan kebaikan, manfaat, dan kepentingan bagi masyarakat luas.

Pilihan untuk menjadi pejabat Mesir dilakukan, guna mencegah dampak kerusakan dan menghadirkan keadilan, terlebih bila jabatan itu jatuh ke pada orang tidak amanah bisa menyuburkan praktek korupsi dan kolusi. Pilihan Nabi Yusuf menjadi pejabat Mesir tentu saja bagian dari dakwah Nabi Yusuf yang lebih luas, dengan memberikan keteladanan, dan menampakan akhlak yang baik sebagai utusan Tuhan.

Referensi Artikel

1. Maulana, Yusuf (Penyusun). 2020. Rached Ghannouchi Siasat Muslim Demokrat Di Arah Baru (Bekasi, Yayasan Paham Indonesia Mandiri).

2. Ridha, Abu. 2003. Saat Dakwah Memasuki Wilayah Politik (Bandung, Syaamil)

3. Qardhawi, Yusuf. 2025. A Reminder For Muslim Youth : Peta Jalan Generasi Muda Islam Untuk Meraih Kejayaan yang Diharapkan (Solo, Era Intermedia).

4. Wiharso, A. 2018. Menolak Diam : Mengungkap Rahasia Di Balik Kontroversi Fahri Hamzah. (Jakarta, RM Books).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |