Pendidikan dan Literasi | 2025-06-15 23:41:34

Loneliness, Is My Best Friend berisi kumpulan refleksi dan pemikiran pribadi Alvi Syahrin seputar kesepian, kehilangan, ekspektasi, krisis eksistensi, dan pencarian makna hidup. Alvi menyusun tulisannya dalam bentuk esai pendek dengan gaya naratif yang bersahabat. Ia tidak menawarkan solusi instan, melainkan ruang renung agar pembaca bisa memahami dan mengolah emosi mereka dengan jujur.
Topik-topik seperti patah hati, kehilangan arah, kesendirian dalam pencapaian, hingga perjuangan mencintai diri sendiri dibahas dengan bahasa yang sederhana namun mengena. Alvi mengajak pembaca memeluk luka dan menjadikannya sebagai bagian dari proses pertumbuhan spiritual dan emosional. Dalam banyak bagian, ia menyandingkan realita kehidupan dengan nilai-nilai islami, menjadikan buku ini bukan hanya bacaan psikologis, tetapi juga spiritual.
Salah satu pesan paling kuat dalam buku ini adalah bahwa kesepian bukan hal yang harus ditolak. Justru, dalam kesepianlah seseorang bisa bertemu dirinya sendiri, dan lebih mudah mendengar panggilan Tuhan. Alvi menulis dengan suara yang tulus dan merangkul, seperti seorang teman yang sudah lebih dulu jatuh dan bangkit, lalu membagikan pelajaran yang ia petik.
Salah satu kelebihan utama buku ini terletak pada gaya penulisan yang sederhana namun menyentuh. Alvi tidak berusaha terdengar rumit, tetapi justru dengan kesederhanaan itu, pesannya terasa jujur dan dekat. Banyak pembaca yang akan merasa seolah penulis sedang berbicara langsung dengan mereka—dan itu kekuatan narasi yang tidak semua penulis miliki.
Kedua, buku ini relevan dengan kondisi emosional banyak anak muda saat ini, terutama di era digital yang penuh tekanan sosial. Ia mengangkat isu-isu nyata yang seringkali tidak dibicarakan, seperti ketakutan merasa tidak cukup, kegagalan, dan kesepian dalam pencapaian. Banyak kutipan dan paragraf dalam buku ini yang terasa seperti pelukan untuk jiwa yang lelah.
Ketiga, buku ini memiliki nuansa spiritual yang kuat namun tidak menggurui. Alvi menyelipkan ayat-ayat Al-Qur’an, konsep ketauhidan, dan nilai-nilai keislaman dengan cara yang lembut dan menenangkan. Bagi pembaca Muslim, pendekatan ini memperkaya pengalaman membaca karena menghubungkan perasaan batin dengan hubungan kepada Tuhan.
Meski kuat dari sisi emosional, buku ini kurang menawarkan pendekatan yang lebih logis atau sistematis. Bagi pembaca yang lebih menyukai buku pengembangan diri dengan langkah-langkah konkret atau struktur berpikir yang runut, gaya reflektif dan puitis Alvi mungkin terasa agak repetitif.
Selain itu, beberapa bagian terasa diulang dengan nuansa yang serupa, meski menggunakan kata-kata berbeda. Tema seperti penerimaan diri, pentingnya berserah kepada Tuhan, dan mengizinkan diri untuk merasa lelah dibahas berkali-kali. Meskipun pesan-pesan ini penting, pengulangan bisa membuat pembaca kehilangan fokus atau merasa stagnan di tengah buku.
Loneliness, Is My Best Friend bukanlah buku yang memberikan solusi cepat, melainkan teman dalam sunyi yang menemani proses pemulihan. Alvi Syahrin dengan lembut mengajak pembaca menerima bahwa kesepian bukan musuh, tetapi bagian dari proses menjadi manusia yang utuh. Buku ini layak dibaca oleh siapa saja yang sedang berada di persimpangan hidup, merasa tidak dimengerti, atau hanya ingin menemukan kembali makna dalam sunyi.
Sebagai bacaan untuk blog maupun bahan diskusi kuliah, buku ini membuka ruang refleksi yang dalam, menawarkan wawasan emosional dan spiritual yang menyentuh, serta mengajak pembaca berdamai dengan diri sendiri. Alvi berhasil menjadikan kesepian bukan sebagai beban, melainkan sebagai sahabat yang mengantar kita pulang—ke dalam diri, dan kepada Tuhan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.