Home > Literasi Monday, 04 Aug 2025, 10:47 WIB
Jantung dari sebuah esai adalah pengalaman pribadi. Kehebatannya terletak pada kemampuan penulis mengangkat pengalaman yang sangat spesifik menjadi sebuah perenungan yang bisa dirasakan semua orang.

KINGDOMSRIWIJAYA – Seorang wartawan senior Farid Gaban dalam makalahnya berjudul “Kolom: ‘Esai dengan Gaya’” menulis, “Berbeda dengan menulis untuk jurnal ilmiah, menulis untuk koran atau majalah adalah menulis untuk hampir “semua orang”. Tulisan harus lebih renyah, mudah dikunyah, ringkas, dan menghibur (jika perlu), tanpa kehilangan kedalaman—tanpa terjatuh menjadi tulisan murahan.
Bagaimana itu bisa dilakukan? “Kreatifitas”. Dalam era kebebasan seperti sekarang, seorang penulis dituntut memiliki kreatifitas lebih tinggi untuk memikat pembaca. Dalam dunia sastra, esai dimasukkan dalam kategori non-fiksi, untuk membedakannya dengan puisi, cerpen, novel dan drama yang dikategorikan sebagai fiksi.
Menurut Farid Gaban, mengingat “reputasi” esai sebagai bacaan serius, panjang dan melelahkan, tantangan para penulis esai lebih besar lagi. Dari situlah kenapa kemudian muncul “genre” baru dalam esai, yakni “creative non-fiction”, atau non-fiksi yang ditulis secara kreatif.
Dalam “creative non-fiction”, penulis esai mengadopsi teknik penulisan fiksi (dialog, narasi, anekdot, klimaks dan anti klimaks, serta ironi) ke dalam non-fiksi. Berbeda dengan penulisan esai yang kering dan berlagak obyektif, “creative non-fiction” juga memungkinkan penulis lebih menonjolkan subyektifitas serta keterlibatan terhadap tema yang ditulisnya. Karena memberi kemungkinan subyektifitas lebih banyak, esai seperti itu juga umumnya menawarkan kekhasan gaya (“style”) serta personalitas si penulis.
Di samping kreatif, kekuatan tulisan esai di media massa adalah pada keringkasannya. Tulisan itu umumnya pendek (satu halaman majalah, atau dua kolom koran), sehingga bisa ditelan sekali lahap (sekali baca tanpa interupsi).
“Creative non-fiction” bukan “genre” yang sama sekali baru sebenarnya. Pada dasawarsa 1980-an dan awal 1990-an kita memiliki banyak penulis esai/kolom yang handal, mereka yang sukses mengembangkan “style” dan personalitas dalam tulisannya. Tulisan mereka dikangeni karena memiliki sudut pandang orisinal dan ditulis secara kreatif, populer serta “stylist”.
Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA