REPUBLIKA.CO.ID, DUBLIN – Setelah nyaris dua tahun Israel melakukan genosida di Gaza, setelah kelaparan mematikan akhirnya mendera wilayah itu, selebritis Madonna dan band U2 akhirnya buka suara. Penggemar mereka memertanyakan telatnya pernyataan dari figur-figur yang selama ini aktif menyatakan persoalan dunia itu.
Dalam unggahan Instagram pada Senin, Madonna “Bapa Kami yang Paling Suci”untuk pergi ke Gaza dan “membawa terang” kepada anak-anak di sana. Tak jelas apakah Madonna menyebut Sri Paus di Vatikan atau Tuhan Kristiani dalam unggahan itu.
“Silakan pergi ke Gaza dan berikan cahaya Anda kepada anak-anak sebelum terlambat,” kata Madonna. "Sebagai seorang ibu, saya tidak tega menyaksikan penderitaan mereka. Anak-anak dunia adalah milik semua orang. Hanya Anda satu-satunya di antara kami yang tidak bisa ditolak masuk."
Madonna yang kini berusia 66 tahun mengatakan, ulang tahun putranya menjadi alasan dia menulis postingan tersebut.
“Saya merasa hadiah terbaik yang dapat saya berikan kepadanya sebagai seorang Ibu – adalah meminta semua orang melakukan apa yang mereka bisa untuk membantu menyelamatkan anak-anak tak berdosa yang terjebak dalam baku tembak di Gaza.” “Saya hanya berusaha melakukan apa yang saya bisa untuk menjaga anak-anak ini agar tidak mati kelaparan,” katanya.
Meski mendapat pujian penggemarnya, ada juga komentar-komentar kritikan. “Tidak Madonna, Anda tidak perlu meminta Tuhan untuk pergi ke Gaza, Anda harus meminta Israel untuk menghentikan genosida. Anak-anak tidak sekarat, mereka dibunuh oleh Israel. Israel adalah satu-satunya yang bisa menghentikan hal ini. Israel sedang bermain sebagai Tuhan sekarang.”
Sementara U2, band Irlandia yang terkenal dengan kerja-kerja kemanusiaannya, terutama dari vokalisnya Bono, juga akhirnya mengeluarkan pernyataan tentang Gaza, hampir dua tahun setelah serangan 7 Oktober. Pernyataan panjang tersebut diposting di Instagram resmi band pada Ahad dan menampilkan catatan terpisah dari masing-masing anggota band – Bono, The Edge, Adam Clayton dan Larry Mullen Jr.
Salah satu pendiri ONE Campaign, yang menangani AIDS dan kemiskinan ekstrem di Afrika, Bono adalah salah satu aktivis selebriti paling terkenal. “Saya secara umum berusaha untuk tidak ikut campur dalam politik Timur Tengah… ini bukanlah kerendahan hati, melainkan lebih banyak ketidakpastian dalam menghadapi kompleksitas yang nyata,” tulisnya dalam pernyataannya.
Bono dalam tulisan panjangnya berupaya menempatkan Hamas sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas kengerian di Gaza. Kejahatan Israel di Gaza, menurutnya karena “para pemimpin Israel tertipu jebakan yang dibuat Hamas untuk mereka.”
Baru pada akhir tulisan, ia menuding Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan para penguasa, dengan mengatakan bahwa mereka pantas mendapatkan “kecaman kategoris dan tegas dari kami”.
"Tidak ada pembenaran atas kebrutalan yang dilakukannya dan pemerintahan sayap kanannya terhadap rakyat Palestina... di Gaza... di Tepi Barat. Dan bukan hanya sejak tanggal 7 Oktober, jauh sebelumnya juga... meskipun tingkat kebobrokan dan pelanggaran hukum yang kita lihat sekarang terasa seperti wilayah yang belum dipetakan." “Saya ingin menjelaskan kepada siapa pun yang peduli untuk mendengarkan kecaman kelompok kami atas tindakan tidak bermoral Netanyahu dan bergabung dengan semua orang yang menyerukan penghentian permusuhan di kedua sisi,” ia meneruskan.
Namun, Bono kembali bermain sebagai ‘pakar politik’ Timur Tengah dengan mengajukan kepemimpinan Palestina di masa datang. Ia menyarankan Marwan Barghouti, tokoh Palestina yangs sedang dipenjarakan Israel untuk memimpin negara tersebut.