Raih Sertifikat Green Building, Wisma 46 Ikhtiarkan Keberlanjutan

1 day ago 13

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu ikon arsitektur Ibu Kota, Wisma 46 Kota BNI, resmi mengantongi sertifikat Greenship Existing Building peringkat Gold dari Green Building Council (GBC) Indonesia. Gedung yang mulai beroperasi pada 1996 itu menjadi bukti green building dapat diaplikasikan melalui sejumlah usaha terukur yang konsisten.

Building Manager Wisma 46, Nazarudin mengatakan keberhasilan Wisma 46 Kota BNI meraih Greenship Existing Building peringkat Gold tidak lepas dari keinginan untuk menjadikan Wisma 46 sebagai gedung yang ramah dan nyaman bagi penggunanya dan juga terhadap lingkungan serta menerapkan konsep berkelanjutan (sustainability).

"Kami ingin Wisma 46 tidak hanya menjadi ikon, tetapi juga harus menonjol dalam hal keberlanjutan. Salah satunya melalui penerapan standar green building," ujarnya.

Dia menuturkan, PT Swadharma Primautama selaku pengembang dan pengelola Wisma 46 mencermati adanya peluang untuk tetap menjadikan Wisma 46 sebagai pilihan utama bagi pengusaha & perusahaan-perusahaan untuk menjadikan gedung Wisma 46 sebagai lokasi kantor bagi perusahaannya.

Salah satunya adalah dengan menerapkan praktik Green Building agar dapat memberikan kondisi gedung yang nyaman bagi para tenant namun tetap ramah terhadap lingkungan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah lokasi yang strategis dan mudah diakses dengan transportasi umum.

Secara desain dan arsitektur, Wisma 46 memiliki keunggulan dalam hal efisiensi energi, terutama dalam hal pengkondisian udara dan pencahayaan alami. Pada sisi timur dan barat, Wisma 46 mempunyai permukaan yang lebih kecil dibanding sisi utara dan selatan. Dengan demikian, hal ini dapat meredam paparan sinar matahari sehingga suhu di dalam ruang tidak naik terlalu tinggi.

Selain itu, fasade Wisma 46 menggunakan kaca yang dapat membuat sinar matahari masih bisa tetap masuk sehingga dapat berfungsi sebagai pencahayaan alami. Adapun sisi utara dan selatan mempunyai bidang lebih luas, menggunakan kombinasi antara kaca dengan precast yang dilengkapi dengan rockwoll, sehingga pencahayaan alami masih tercukupi dan mampu meredam panas dengan baik.

"Kami melihat ada banyak peluang lain yang bisa diterapkan dan dikembangkan agar ke depan Wisma 46 memperoleh predikat tertinggi untuk green building, yaitu Platinum," katanya.

Nazarudin melanjutkan, untuk meraih sertifikat green building, pihaknya pertama-tama melakukan self-assessment untuk mengukur sejauh mana Wisma 46 dapat memenuhi standar dan klausul yang harus dipenuhi pada Greenship Rating Tools. Setelah melihat hasil self assesment, pengelola semakin yakin bahwa Wisma 46 mampu meraih sertifikat Green Building.

Selanjutnya, perusahaan mengundang konsultan untuk membantu mengawal proses sertifikasi Green Building Wisma 46, serta melakukan evaluasi secara berkala sebelum diajukan kepada pihak pemeriksa (verifikator) dan penguji (assessor).

Dalam hal ini Verifikator adalah lembaga independen, dalam hal ini, PT Sucofindo yang bertugas melakukan verifikasi dan kesesuaian antara item-item pada Rating Tools dengan kondisi aktual di lapangan.

"Seperti misalnya indeks konsumsi energi kami itu 197 KWh per tahun, lebih rendah dari SNI yang menerapkan 250 kWH/m2/tahun dan juga terkait konsistensi kami dalam hal perawatan dan pegoperasian peralatan gedung, serta bagaimana pengelolaan sampah dan limbah. Klaim-klaim ini diuji oleh verifikator independen," jelasnya.

Setelah tim verifikator menyatakan bahwa kondisi aktual di Wisma 46 sudah sesuai dengan yang diklaim, serta memenuhi target yang ditentukan, yaitu Gold, maka tahap selanjutnya adalah penjadwalan sidang oleh para penguji atau assessor.

Berdasarkan hasil sidang yang dilakukan di hadapan para assessor, Wisma 46 dinyatakan layak mendapatkan Sertifikat Greenship Green Building dengan predikat GOLD. Melihat konsistensi dan dukungan penuh dari Manajemen terkait pengelolaan yang berkelanjutan di Wisma 46, dewan penguji yakin dan memberikan tantangan kepada Wisma 46 agar bisa menaikkan predikat dari Gold menjadi Platinum pada resertifikasi berikutnya.

Implementasi Prinsip Green Building

Nazarudin melanjutkan, terdapat sejumlah praktik keberlanjutan yang telah dan terus diterapkan di Wisma 46. Sebagai contoh Implementasi green building yang kami lakukan pada beberapa langkah berikut:

Pertama, upaya efisiensi tepat guna dalam hal konsumsi energi. Hal ini dilakukan dengan menggunakan lampu LED, menghemat optimalisasi penggunaan air conditioner (AC) saat gedung tidak digunakan, dan sejumlah inisiatif pola pengoperasian lainnya.

Pengelola juga mengadopsi pendekatan teknologi melalui Energy Monitoring System guna memastikan praktik efisiensi energi dilakukan dengan tepat.

"Kami juga menyadari penghematan tidak hanya terkait teknologi tapi juga ada unsur kebiasaan pengguna. Itu juga kami dorong melalui kampanye-kampanye dan ajakan kepada seluruh pengguna gedung Wisma 46," katanya.

"Selain itu, pada kategori pemanfaatan air hujan, kami memilik instalasi penangkap air hujan yang bisa digunakan kembali untuk operasional baik siram taman maupun untuk kebutuhan toilet. Air tersebut rutin dilakukan pengujian kelayakan oleh lembaga independen untuk memastikan bahwa air tersebut layak dan aman digunakan baik untuk penggunaan oleh manusia maupun lingkungan,“ ujarnya.

Ia melanjutkan, program efisiensi yang dilakukan tidak boleh menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna. Oleh karena itu, pengelola gedung juga memastikan kualitas dan hembusan udara yang baik dan memenuhi standar.

Upaya-upaya tersebut, tegasnya, sejalan dengan keinginan manajemen untuk menyediakan gedung yang layak, ramah bagi penghuni, nyaman dan sehat.

"Kami yakin Wisma 46 tidak hanya menonjol sebagai ikon, tetapi juga mampu menerapkan praktik green building sambil tetap memberikan kenyamanan bagi pengguna," tuturnya.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |