Kepala Batu, Israel Putuskan Opsi Operasi Militer Ketimbang Diplomasi untuk Selamatkan Sandera

4 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW— Pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu tengah mempertimbangkan jalur militer untuk membebaskan para sandera Israel yang masih ditahan di Jalur Gaza, demikian dilaporkan stasiun televisi ABC, Senin (4/8/2025), mengutip seorang pejabat Israel.

Karena belum menemukan solusi diplomatik, Netanyahu berencana memperluas operasi militer di Gaza di tengah kebuntuan dalam negosiasi dengan kelompok Palestina, Hamas.

"Karena itu, Perdana Menteri Netanyahu mendorong perluasan operasi militer guna membebaskan para sandera melalui solusi militer," ujar pejabat Israel tersebut sebagaimana dikutip ABC.

Menurut laporan, saat ini sekitar 20 sandera yang masih hidup masih ditahan oleh Hamas.

Sebelumnya, pada awal Agustus, surat kabar The Jerusalem Post melaporkan bahwa Israel dan Amerika Serikat diperkirakan memerlukan waktu berbulan-bulan untuk merancang kesepakatan baru dengan Hamas, yang mengajukan syarat pembukaan akses ratusan truk bantuan ke Gaza sebagai prasyarat untuk melanjutkan perundingan dengan Israel.

Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), menyiarkan rekaman baru dari seorang tawanan Israel yang berada dalam tahanannya.

Sandera tersebut tampak kurus kering yang mencerminkan realitas para tawanan di Jalur Gaza di bawah kondisi kelaparan dan pengepungan yang diberlakukan oleh tentara pendudukan.

Dikutip dari Aljazeera, Sabtu (2/8/2025), klip dimulai dengan cuplikan dari salah satu video Al-Qassam, yang disiarkan selama prosesi pertukaran tawanan sebelumnya.

Tawanan Abitar David - yang dalam keadaan sehat pada saat itu - tampak menyaksikan pembebasan rekan-rekannya, sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran terbaru.

Video tersebut menunjukkan gambar-gambar tawanan yang menampakkan tanda-tanda kekurusan parah. Selain itu juga rekaman anak-anak Gaza yang memperlihatkan tanda-tanda kelaparan jelas sebagai akibat dari blokade Israel dan kurangnya bantuan kemanusiaan, dalam upaya menunjukkan penderitaan bersama warga sipil dan tawanan di Jalur Gaza.

Tayangan juga memperlihatkan tawanan tersebut melihat ke arah sebuah meja yang memperlihatkan jumlah hari yang telah dihabiskannya di dalam tahanan, dalam sebuah adegan yang menunjukkan panjangnya penderitaan dan terputusnya hubungan dengan dunia luar, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Rekaman tersebut termasuk rekaman arsip Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir yang mengatakan bahwa apa yang seharusnya dikirim ke Gaza adalah bom, serta pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tentang meminimalkan bantuan.

Dalam salah satu gambar, seorang tawanan diperlihatkan sedang meminum air, sementara gambar seorang anak Palestina yang menderita kelaparan parah akibat larangan masuknya susu bayi ke Jalur Gaza diperlihatkan di gambar lainnya.

Video tersebut diakhiri dengan kata-kata: "Mereka makan apa yang kita makan dan minum apa yang kita minum," dalam sebuah pesan yang mengindikasikan bahwa para tahanan diperlakukan dalam batas minimum untuk bertahan hidup, setara dengan kondisi kehidupan penduduk Gaza yang terkepung.

BACA JUGA: Pengibaran Bendera One Piece, Badan Siber Ansor: Silakan tapi Jangan Sampai…

Siaran tersebut muncul pada saat perdebatan di dalam Israel meningkat mengenai nasib para tentara yang ditangkap dan perselisihan antara keluarga mereka dengan pemerintah di bawah tekanan semakin meningkat. Mereka menuntut rezim Netanyahu menyelesaikan kesepakatan pertukaran yang akan membawa kembali para tahanan.

Menurut pernyataan sebelumnya dari juru bicara Brigade Qassam, Abu Ubiadah, para tawanan Israel hanya akan dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran yang komprehensif, yang sejauh ini ditolak oleh pemerintah Israel dan lebih memilih eskalasi militer untuk menekan Hamas.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |