Jangan Kaget! Ini yang Terjadi pada Berat Badan Kalau Sering Gak Sarapan

6 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggapan bahwa sarapan adalah makan terpenting dalam sehari mungkin sudah sering kita dengar. Namun, di tengah kesibukan yang padat, tak sedikit orang yang melewati sarapan, hanya mengandalkan secangkir kopi hingga jam makan siang tiba.

Sekilas, ini mungkin terlihat sepele. Namun, tahukah Anda bahwa kebiasaan melewatkan sarapan bisa memiliki implikasi kesehatan yang lebih besar dari yang disadari, terutama jika tujuan Anda adalah menurunkan berat badan?

Seorang ahli diet terdaftar di The Candida Diet, Trista Best, menjelaskan bahwa melewatkan sarapan terlihat berbeda bagi setiap orang dan dapat memiliki efek bervariasi, baik positif maupun negatif. "Sarapan bukan hanya tentang waktu makan, melainkan secara harfiah 'memutus puasa' dari malam sebelumnya. Artinya, ini adalah asupan makanan pertama setelah periode tidak makan yang cukup lama," kata dia dikutip dari laman Best Life pada Ahad (8/6/2025).

Mari kita simak penjelasan dari para dokter dan ahli gizi mengenai implikasi melewatkan sarapan dan apa yang sebenarnya terjadi jika Anda melewatkan sarapan.

Dampak melewatkan sarapan

1. Anda bisa berakhir dengan asupan kalori berlebihan

Banyak orang percaya bahwa melewatkan sarapan adalah cara mudah untuk mengurangi kalori. Namun, efeknya sering kali justru sebaliknya.

"Ketika Anda melewatkan makan pertama itu, tubuh cenderung memproduksi lebih banyak hormon lapar ghrelin, yang dapat membuat Anda merasa sangat lapar di kemudian hari," ujar dokter dari ZAVA Online Doctor, Crystal Wyllie.

Kondisi ini, lanjut Wyllie, sering kali memicu keinginan untuk mengonsumsi makanan tinggi lemak, manis, atau makanan ultraproses, yang akhirnya menyebabkan Anda makan berlebihan atau membuat pilihan makanan yang kurang sehat saat makan siang atau makan malam. Senada dengan itu, ahli diet praktik terakreditasi (APD) dan pendiri The Pregnancy Dietitian, Shyamala Vishnumohan, mengatakan penelitian menunjukkan melewatkan sarapan tidak menjamin penurunan berat badan meskipun ada pengurangan kalori di awal.

"Kehidupan nyata bukanlah laboratorium. Banyak orang akhirnya makan lebih banyak nanti atau merasa lemas dan menginginkan perbaikan energi cepat," kata dia.

Vishnumohan menekankan bahwa manajemen berat badan lebih bergantung pada seberapa seimbang dan berkelanjutan pola makan Anda secara keseluruhan, bukan hanya pada apakah Anda sarapan atau tidak. Wyllie juga mengingatkan bahwa menciptakan pola makan seperti ini dapat memiliki efek jangka panjang, membuat lebih sulit untuk mengelola berat badan Anda dan mempertahankan hubungan yang sehat dengan makanan.

2. Anda kehilangan nutrisi penting

Sarapan sering kali berpusat pada jenis makanan tertentu yang mungkin tidak Anda masukkan dalam menu makan siang atau makan malam. Pilihan makanan ini bukan hanya soal rasa; banyak di antaranya masuk akal untuk dikonsumsi di pagi hari karena menyediakan asupan nutrisi harian yang penting.

Pendiri dan CEO ResBiotic Nutrition, C Vivek Lal, mengatakan, "Melewatkan sarapan sering kali dapat menjadi bumerang".

Bagi mereka yang rentan terhadap masalah pencernaan, tidak sarapan bisa berarti kehilangan kesempatan untuk mendukung kesehatan usus melalui makanan kaya serat yang mendorong keteraturan buang air besar dan keseimbangan mikrobioma yang menguntungkan. Lal melanjutkan, meskipun melewatkan sarapan terdengar seperti jalan pintas untuk mencapai tujuan penurunan berat badan, itu justru dapat menyebabkan kebiasaan kontraproduktif.

"Pendekatan yang lebih efektif adalah fokus pada sarapan tinggi serat, tinggi protein yang memberikan energi tahan lama, meningkatkan keseimbangan mikrobioma, mendukung keseimbangan hormon, dan membantu memenuhi kebutuhan nutrisi utama," ujarnya menyarankan.

3. Ini bisa memiliki efek metabolik positif (dalam kasus tertentu)

Secara logika, melewatkan makan akan mengurangi asupan kalori. Namun, menurut ahli endokrinologi bersertifikat dan CEO Bluebonnet Diabetes & Endocrinology,Neha Lalani, melewatkan sarapan juga bisa menjadi cara efektif untuk mengikuti regimen puasa intermiten, yang terbukti memiliki manfaat metabolik bagi sebagian orang.

"Jika melewatkan sarapan memungkinkan Anda mempertahankan setidaknya celah 12 jam antara makan terakhir (atau bentuk asupan kalori apa pun) pada hari sebelumnya dan makan pertama pada hari ini, itu dapat mendorong pembakaran lemak dan memulai ketosis," ujar Lalani.

Proses ini secara bertahap membantu meningkatkan sensitivitas insulin, meningkatkan regulasi glukosa, mengurangi peradangan, dan mendukung perbaikan seluler. Selain itu, ini juga dapat berkontribusi pada pengurangan keseluruhan asupan kalori harian.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |