Hari Anak Nasional, Meneladani Kasih Sayang Rasulullah kepada Anak

8 hours ago 6

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Setiap 23 Juli, Indonesia memperingati Hari Anak Nasional. Momen ini menjadi pengingat pentingnya menjamin hak-hak anak serta menciptakan lingkungan yang aman dan ramah bagi tumbuh kembang mereka. 

Di tengah maraknya kasus kekerasan terhadap anak, umat Islam pun perlu diingatkan kembali pada sosok Rasulullah Muhammad SAW, yang dikenal sangat penyayang dan lembut terhadap anak-anak, baik sebagai nabi, pemimpin, maupun orang tua.

Abu Hurairah ra telah menunjukkan cinta kasih Rasulullah SAW terhadap anak-anak dan cucunya dalam sebuah hadits. 

عَنْ أبي هريرة - رضي الله عنه - : قال : «قَبَّلَ رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- الحسنَ بنَ عَليٍّ ، وعنده الأقْرَعُ بنُ حابس التميميُّ ، فقال الأقرعُ : إِن لي عَشْرة من الوَلَد ما قَبَّلْتُ منهم أحدا ، فنظر إِليهِ رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- ثم قالَ : مَن لا يَرْحَمْ لا يُرْحَمْ».أَخرجه البخاري، ومسلم، والترمذي، وأبو داود

Artinya: "Dari sahabat Abu Hurairah ra, ia bercerita, Rasulullah saw mencium cucunya, Hasan bin Ali ra. Di dekatnya ada Aqra‘ bin Habis At-Tamimi. Aqra‘ merespons, ‘Aku memiliki 10 anak. Tidak satupun pernah kucium.’ Rasulullah saw mengalihkan pandangan kepadanya, ‘Siapa yang tidak menyayangi tidak akan diberi kasih sayang,'" (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi)

Rasulullah SAW tidak hanya memperlakukan anak-anak dengan kasih sayang, tetapi juga dengan penghormatan yang tinggi. Dalam berbagai riwayat hadits, beliau kerap memangku cucu-cucunya, mencium mereka, bahkan memendekkan sholatnya jika mendengar anak kecil menangis di belakang shaf. 

Hal ini menunjukkan betapa besar empati beliau terhadap kondisi psikologis anak. Rasulullah SAW bersabda: 

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا

Artinya: “Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menyayangi anak kecil.” (HR Tirmidzi no. 1919)

Hadits ini menjadi prinsip dasar dalam membangun peradaban yang manusiawi, dimulai dari memperlakukan anak-anak dengan cinta.

Sebagai seorang ayah dan kakek, Rasulullah menunjukkan kehadiran penuh dalam kehidupan anak-anaknya. Ia tidak segan bermain bersama cucunya, Hasan dan Husain, bahkan membiarkan mereka menaiki punggungnya saat beliau sedang sujud.

Ketika melihat itu, para sahabat yang shalat di belakang Beliau, melarang keduanya. Maka Rasulullah SAW memberikan isyarat kepada mereka agar mereka membiarkan keduanya meloncat ke punggung beliau ketika sedang sujud.

Seusai sholat, Rasulullah meletakkan keduanya di atas pangkuan beliau, dan beliau bersabda:

مَنْ أَحَبَّنِيْ فَلْيُحِبَّ هَذَيْنِ 

Artinya: "Barangsiapa yang mencintai aku, maka cintailah kedua anak ini". 

Sikap ini sangat relevan dengan kondisi masa kini. Di tengah tantangan era digital dan tekanan sosial ekonomi, banyak anak kehilangan figur orang tua yang hadir secara emosional. 

Dalam konteks ini, teladan Rasulullah perlu dihidupkan bahwa mendidik anak bukan sekadar memberi nafkah atau menyekolahkan, tapi juga mencurahkan kasih, perhatian, dan penguatan karakter.

Hari Anak Nasional seharusnya menjadi refleksi bagi para orang tua, pendidik, dan pemimpin bangsa untuk kembali menempatkan anak sebagai amanah yang harus dijaga. Mengadopsi nilai-nilai yang diajarkan Rasulullah dalam memperlakukan anak adalah langkah awal untuk menciptakan generasi yang sehat secara fisik, mental, dan spiritual.

Karena, sebagaimana sabda Nabi SAW: 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُشَرِّكَانِهِ

Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah; kedua orang tuanyalah yang menjadikannya penganut agama Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.''

Maka, hari ini bukan hanya soal merayakan anak-anak, tetapi juga momen untuk mengukur sejauh mana kita, sebagai orang dewasa, telah meneladani Rasulullah dalam memperlakukan mereka.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |