Ida Wahyuni
Politik | 2025-06-01 06:21:51
Pekan ini kita dikejutkan dengan agenda kenegaraan dalam menyambut kedatangan Presiden Perancis Immanuel Macron ke Indonesia, sejenak gegap gempita kasus – kasus lainnya teralihkan. Mulai dari adanya issue rencana pembuatan eskalator di Candi Borobudur yang akhirnya dibantah sendiri oleh Menteri Kebudayaan dan hanya akan dibuatkan chair lift ( semacam alat bantu pegangan inklusivitas) sebagai alat bantu sementara, yang kabarnya tidak massiv dan tidak merusak dan akan segera dibongkar lagi dengan mudah setelah kunjungan berakhir.
Baiklah issue tersebut telah selesai dibantah. Peristiwa yang kedua adalah beredarnya video acara jamuan yang berakhir dengan bersulang minuman yang diduga khamr (minuman keras). Adapun berita inipun kemudian dibantah pihak istana dengan mengatakan bahwa minuman itu bukan minuman berakohol tetapi hanyalah jus apel (atau cuka apel?) dan inipun segera direspon netizen dengan meragukan kebenarannya.
Baiklah, mari kita anggap bahwa penjelasan dari pihak istana tersebut benar adanya dan tidak perlu kita permasalahkan lagi. Kehebohan ini bagi kami hanyalah gegap gempita sebagai pengalihan issue, semacam pengalihan agar masyarakat tidak fokus memperhatikan berbagai masalah yang terjadi di negeri ini.
Tetapi di balik dua peristiwa tesebut justru ada hal yang lebih menarik dan penting untuk kami bahas yaitu apa sebenarnya maksud atau tujuan dari kunjungan Presiden Immanuel Macron ke Indonesia ? Kami mendapatkan clue atau petunjuknya justru dari pernyataan Presiden Prabowo sendiri yang beliau sampaikan dalam forum pertemuan resmi dengan Presiden Macron ini bahwa Indonesia bersedia mengakui adanya Negara Israel dan bersedia membuka hubungan diplomatik dengan Israel, dengan syarat jika Israel memberikan kedaulatan kepada bangsa Palestina.
Itulah masalah yang sangat penting untuk kita cermati dan kritisi. Two state solution, alias solusi dua negara. Solusi yang telah lama digagas. Katanya win win solution, agar adil bagi keduanya demi untuk mengakhiri perang yang terjadi di wilayah Palestina selama bertahun – tahun. Baiklah, mari kita pikir dengan cerdas dengan mencoba menelusuri kronologis sejarah bagaimana akar masalah di Palestina ini bisa terjadi puluhan tahun dan tidak kunjung usai :
Palestina lepas dari Kekhilafahan Turki Utsmani pada tahun 1920 pasca perang dunia I, lalu dijajah Inggris lewat mandat (1920 – 1948), kemudian Israel masuk dan menjajah Palestina sejak 1948 melalui Perjanjian Belfour. Sejak Juni 1967 Wilayah Palestina dibagi – bagi, Israel menguasai hampir seluruh Palestina kecuali Gaza dan Tepi Barat karena Gaza berada di bawah atau dikuasai Mesir, sementara Tepi Barat & wilayah Al Aqsha dikuasai Yordania. Rupanya menguasai wilayah Palestina seluas itu belumlah cukup bagi Israel, mereka ingin menguasai semuanya, inilah yang terus terjadi selama puluhan tahun sejak 1948. Israel ingin menghapus Palestina, dan mendirikan satu – satunya negara Israel di atas tanah tersebut. Karena mereka mengklaim itu adalah tanah yang dijanjikan bagi mereka. Puncaknya terjadi pada tahun 1967 di mana Israel mencaplok Gaza & Tepi Barat dari Mesir & Yordania, kemudian merebut Golan & Sinai, hingga akhirnya Suriah, Yordania & Mesir menandatangani perjanjian normalisasi dengan Israel. Apa artinya normalisasi ini? Mereka bersepakat bahwa wajar keberadaan Israel tersebut, bahkan mereka melakukan kerjasama diplomatik yang artinya ketiga negara tersebut mengakui kedaulatan Negara Israel.
Inilah yang diperjuangkan dunia (melalui PBB) garis batas 1967. PBB menggagas ide two state solution, yaitu solusi dua negara, adanya Negara Palestina & Negara Israel, untuk mengakhiri konflik berkepanjangan ini. Bagi Israel ini adalah perang, tetapi bagi Palestina ini bukanlah perang, tetapi pendudukan alias penjajahan. Mengapa tidak bisa disebut perang ? Karena jika perang harusnya seimbang..tentara melawan tentara, adu senjata. Sementara fakta yang terjadi bukanlah demikian, tentara Israel tidak sedang berperang melawan tentara resmi Palestina. Tentara Israel menyerang warga sipil yang tidak bersenjata, menyerang anak – anak bahkan bayi, menyerang wanita dan orang tua. Kaum laki – lakinya mereka tangkapi, mereka bunuh, disiksa, dipenjarakan dan disiksa dengan berbagai teknik penyiksaan yang sangat tidak manusiawi dan sangat menyeramkan untuk dibahas. Ini bukanlah perang, tapi pendudukan, penjajahan.
Mari kita tengok apa yang dimaksud dengan solusi dua negara :
1. Palestina mendapat wilayah Gaza & Tepi Barat (termasuk Al Aqsha)
2. Israel mendapat wilayah selebihnya selain kedua wilayah tersebut
Solusi ini diberikan dengan semangat perdamaian, hentikan perang, hentikan pertikaian, supaya tidak ada lagi pembunuhan dan pembantaian. Sepertinya manis, dan menenteramkan. Tapi yang terjadi sebenarnya adalah bahwa Israel sesungguhnya sangat ingin menguasai wilayah Palestina seluruhnya, mengusir atau menghabisi bangsa Palestina, yang terbukti dengan melakukan genoisida.
Peristiwa ini dimulai dengan adanya tragedi Nakba. Nakba yang berarti “bencana” atau “malapetaka” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penghancuran masyarakat dan tanah air Palestina pada tahun 1948.Tragedi ini terjadi selama dan setelah perang Palestina tahun 1948, ketika lebih dari 700.000 bangsa Arab Palestina diusir dari rumah mereka dan tidak diizinkan kembali. Penyebabnya : konflik Arab – Israel 1947 – 1949 dan deklarasi kemerdekaan Israel pada tahun 1948. Hari Nakba diperingati setiap tanggal 15 Mei, sehari setelah berdirinya Israel 1948. Berarti sudah lebih dari 75 tahun terjadinya masalah Palestina – Israel ini.
Mari kita tengok siapa sebenarnya Israel ini? Menurut sejarah sebenarnya mereka berasal dari orang – orang Yahudi yang terusir alias tidak memiliki tanah air. Mereka terusir dan terombang ambing di Eropa. Bahkan kabarnya pernah mengalami tragedi holocaust alias genoisida sistematis terhadap orang Yahudi dan kelompok minoritas lainnya oleh Nazi Jerman dan sekutunya selama Perang Dunia II, penyebabnya adalah ideologi Nazi yang antisemit dan rasisme ekstrem. Antisemit adalah istilah yang merujuk pada prasangka, diskriminasi, atau kebencian terhadap orang Yahudi. Karena kabarnya Jerman juga memiliki tingkat ego yang sangat tinggi, yang menganggap mereka adalah kaum Amuria, bangsa yang tinggi, sehingga menolak Yahudi.
Lalu yahudi yang terusir ini sampailah di tanah Palestina, mereka dibantu dan disambut warga Palestina, ditolong, diberikan tempat tinggal, diberikan makanan dan pakaian, yang sakit dirawat secara layak hingga bangsa Yahudi ini betah dan nyaman tinggal di tanah Palestina. Bahkan saking betahnya hidup di tanah Palestina selama bertahun – tahun, mereka merasa bahwa Palestina adalah milik mereka. Mereka mendirikan pemukiman di sana dengan cara paksa, mengusir penduduk asli, melakukan pembantaian hingga genoisida.
Penduduk Palestina hanya berusaha membela diri, mempertahankan hak dan kehormatan mereka, mempertahankan tanah air mereka. Hingga muncul istilah gerakan Intifadha, yaitu gerakan perlawanan Palestina terhadap pendudukan Israel, intifadha berasal dari bahasa Arab yang berarti “mengguncang” atau “menggoyang”. Intinya berupa aksi protes, demontrasi dan tindakan lain untuk menentang kebijakan Israel dan memperjuangkan hak – hak Palestina. Ada 2 Intifadha utama yang terkenal : Itifadha Pertama (1987 – 1993) dan Intifadha Kedua ( 2000 -2005).
Solusi dua Negara yang sedari awal ditawarkan adalah solusi yang sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin Israel yang telah merampas dan merampok wilayah Palestina bahkan melakukan genoisida lalu diberikan hak untuk menguasai wilayah yang sama bahkan lebih luas lalu diakui sebagai negara berdaulat. Ini adalah solusi yang harus dilawan, ditentang, siapapun pengusungnya, termasuk PBB, bahkan Presiden Prabowo sendiri tidak boleh dibiarkan menerima solusi ini. Karena sama saja artinya dengan mengakui dan penjajahan. Padahal bangsa Indonesia sangat menentang penjajahan. Lalu bagaimana solusinya ? Hanya satu yaitu penjajahan harus dihentikan & dihapuskan, yaitu dengan mengusir bangsa Israel Yahudi keluar dari tanah Palestina, dan ini hanya bisa dilakukan dengan jihad dan perang, bukan dengan perundingan ataupun perjanjian. Karena sudah terbukti berulangkali bahwa Israel Yahudi selalu ingkar janji.
Wallahu a’lam bishowwab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.