Siswa Ikut TKA, Siapa Takut?

3 hours ago 6

Oleh: Wiguna Yuniarsih*)

Mutu pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses belajar mengajar di ruang kelas, tetapi juga kemampuan sistem pendidikan nasional dalam mengevaluasi dan menjamin kualitas capaian belajar siswa. Itu pun mesti dilakukan secara adil dan ajeg.

Evaluasi merupakan salah satu sarana penting dalam meraih tujuan belajar mengajar. Melalui evaluasi, guru sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa.

Demikian pula, ketepatan metode mengajar yang digunakan serta keberhasilan siswa dalam meraih tujuan pembelajaran dapat diketahui. Hasil evaluasi lantas menjadi bahan untuk tindakan selanjutnya dan sekaligus memotivasi siswa dalam meraih prestasi yang lebih tinggi lagi.

Dalam bahasa Indonesia, evaluasi berarti 'penilaian.' Secara harfiah, evaluasi pendidikan (education evaluation) dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan (Sudijono, 2001).

Ralp Tyler (dalam Arikunto, 2011) mengatakan, evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum itu dan apa saja penyebabnya.

Dalam konteks evaluasi inilah, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI memperkenalkan Tes Kompetensi Akademik (TKA). Ini menjadi bagian dari strategi penjaminan mutu pendidikan nasional.

TKA difungsikan sebagai instrumen baru dalam memetakan dan mengevaluasi capaian pembelajaran serta kompetensi akademik siswa dan guru secara lebih terukur, objektif, dan komprehensif. Menurut keterangan Kemendikdasmen, TKA dilaksanakan mulai November 2025 mendatang.

Mengapa TKA?

Latar belakang adanya TKA adalah kebutuhan adanya pelaporan capaian akademik individual siswa dari penilaian terstandar. Tidak tersedianya laporan tersebut dalam beberapa tahun terakhir menimbulkan masalah.

Masalah muncul terutama pada situasi ketika capaian akademik murid yang berasal dari satuan pendidikan dilakukan. Misalnya, pada seleksi masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Berdasarkan pengalaman yang ada, seleksi yang didasarkan pada data hasil penilaian satuan pendidikan, misalnya data rapor, sering menimbulkan masalah dalam hal objektivitas dan keadilan. Salah satunya lantaran banyak guru---meminjam istilah Mendikdasmen Abdul Mu’ti---memberikan "sedekah nilai" demi mendongrak nilai murid agar terlihat baik. Alhasil, peserta didik itu akan lebih berpeluang diterima di jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau ketika akan mengikuti seleksi.

Tujuan pelaksanaan TKA adalah sebagai berikut.

Pertama, mendapatkan informasi capaian akademik siswa yang terstandar untuk keperluan seleksi akademik. Kedua, memberikan jaminan pemenuhan akses siswa Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal terhadap penyetaraan hasil belajar.

Ketiga, mendorong peningkatan kapasitas pendidik dalam mengembangkan penilaian yang berkualitas. Keempat, menginformasikan kepada siswa tentang kekuatan dan kelemahan dalam bidang akademik.

Untuk mencapai seluruh tujuan TKA tersebut, orang tua memiliki peranan yang penting. Hemat kami, orang tua dapat berperan dalam melakukan pendampingan anak secara fisik dan emosional. Dengan begitu, buah hati mereka dapat rileks dan siap mengikuti TKA.

Selanjutnya, orang tua diharap membantu anak mengelola stres sehingga menumbuhkan semangat belajar. Pada akhirnya, anak termotivasi untuk meraih hasil terbaik.

Namun, apabila anak tidak siap, orang tua dapat menyampaikan kepada sekolah, apakah anaknya mau ikut TKA atau sebaliknya.

Persiapan TKA

Agar siswa dapat mengikuti TKA dengan baik, perlu persiapan fisik dan mental. Misalnya, belajar secara teratur dengan membuat jadwal serta memahami konsep mata pelajaran yang diujikan dan materi dengan baik.

Kemudian, memperbanyak latihan soal dan simulasi TKA agar terbiasa dengan formatnya. Tak lupa pula menjaga kesehatan tubuh dan pikiran. Penting juga untuk tidur cukup, makan bergizi, dan berdoa untuk kelancaran ujian.

Pilih materi pelajaran TKA yang sesuai dengan minat dan tujuan karier di masa depan. Hal-hal teknis pun jangan diabaikan. Siapkan perangkat dan jaringan internet yang stabil untuk pelaksanaan ujian berbasis komputer.

TKA bukanlah ujian kelulusan, melainkan sebuah sarana penting untuk mengukur potensi akademik, kemampuan bernalar, serta keterampilan berpikir kritis peserta didik. Melalui TKA, kita dapat melihat, sejauh mana siswa siap menghadapi tantangan pembelajaran di masa depan.

TKA membantu siswa agar lebih percaya diri dalam belajar dan sekaligus menjadi bahan evaluasi bagi sekolah maupun pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Maka, kepada seluruh siswa SMA/SMK kelas XII, persiapkan diri mengikuti TKA. Para guru dan orang tua, mari kita berikan dukungan penuh agar anak-anak kita dapat mengikuti TKA dengan penuh semangat dan percaya diri.

Menurut Toni Toharudin (2025), keberhasilan TKA sangat bergantung pada dukungan semua pihak. Pemerintah perlu menjaga transparansi dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil. Sekolah dan guru perlu melihat kebijakan ini sebagai peluang untuk meningkatkan kualitas dan kapasitasnya, bukan sebagai ancaman.

Masyarakat perlu memahami, standardisasi tak berarti penyeragaman, melainkan upaya untuk memastikan setiap anak mendapatkan peluang yang adil untuk berkembang dan melanjutkan pendidikannya.

Mari, tunjukkan kemampuan ananda semua untuk mengikuti TKA yang sudah di depan mata. Tak perlu cemas. Sebab, TKA ini bukan ujian kelulusan, tetapi kesempatan bagus untuk menunjukkan potensi, yakni nalar kritis, cara berpikir cerdas, dan persiapan hadapi masa depan.

Ikut TKA, siapa takut? Anggap saja ini challenge untuk level up.

Bagi yang mau ikut TKA, persiapkan diri dan stay confident. Untuk para guru dan orang tua, mari support penuh anak-anak kita mengikuti TKA untuk meraih prestasi terbaik.

Bersama TKA, kita wujudkan generasi emas yang cerdas, tangguh, dan siap menghadapi masa depan yang penuh tantangan dengan lebih baik. Wallahu’alam.

*) Wiguna Yuniarsih adalah Wakil Kepala SMK Muhammadiyah 1 Ciputat, Tangerang Selatan. Ia juga merupakan alumnus Program Pascasarjana Pendidikan IIQ Jakarta.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |