Tanpa Jempol Orang Pintar di Medsos Terlihat Tolol

10 hours ago 6

Image Subhan Riyadi

Gaya Hidup | 2025-08-01 19:00:32

Foto jempol (pribadi)

Kedahsyatan jempol "bermain" di media sosial memang cukup diakui dunia. Pasalnya berkat keisengan jempol memainkan hipnotis di atas layar gawai pintar, sehingga mampu mengubah etika dan perilaku manusia, hal ini terjadi lantaran begitu mudahnya orang, cengar-cengir sendirian, bahkan akibat ulah si jempol tadi bermain kata-kata di atas layar gawai pintarnya.

Dalam bahasa indonesia, jempol adalah istilah lain untuk ibu jari. Jempol juga bisa memiliki makna memberikan tanda persetujuan dengan mengacungkan jempol ke atas, sebaliknya apabila jempol ke bawah, dikenal dengan istilah "cemen" bernilai jelek atau tidak setuju.

Seiring perkembangan teknologi dan informasi digital, jempol merujuk pada tombol "suka" "tidak suka" di media sosial. Tanpa mengabaikan peran jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking, ibu jari atau jempol menyimbolkan kesopanan seorang anak muda kepada orang yang lebih tua.

Benar sekali, jempol sering digunakan sebagai tanda "baik" atau "sempurna" dalam berbagai budaya, sedangkan jari telunjuk kadang digunakan untuk menunjuk sesuatu dengan nada yang lebih tegas, terkesan sombong atau bahkan kurang sopan jika digunakan menunjuk seseorang. Menggunakan jempol ke atas bisa menjadi cara yang lebih halus dan ramah untuk memberikan isyarat positif. Jempol juga merupakan penghargaan yang bagus buat menunjukkan arah ke orang lain ketika menanyakan alamat maupun mempersilahkan tamu yang datang berkunjung. Sebaliknya, jempol ke bawah sebagai isyarat negatif digunakan untuk menunjukkan ketidaksetujuan, kekecewaan, atau penilaian negatif dalam berbagai konteks, seperti di media sosial maupun saat memberikan ulasan.

Lebih jauh, jempol ibarat seorang ibu yang mengandung selama 9 bulan, melahirkan penuh perjuangan, bertaruh nyawa antara hidup dan mati, merawat hingga membesarkan anaknya. Peran penting seorang ibu dalam keluarga, sebagai pelindung, pengasuh, dan pendukung bagi anak-anaknya.

Jempol yang kuat menopang dan memberikan stabilitas pada tangan, mirip dengan bagaimana seorang ibu memberikan kekuatan dan dukungan pada anak-anaknya untuk tumbuh dan berkembang. Jempol yang menunjukkan peran sentral dalam keluarga. Seorang ibu menunjukkan pengorbanan dan dedikasi yang besar menopang dan melindungi jari-jari lainnya juga melambangkan pengorbanan seorang ibu untuk anak-anaknya.

Filosofi ini menunjukkan betapa pentingnya peran seorang ibu dalam kehidupan anak-anaknya dan keluarga secara keseluruhan. Jempol sangat penting untuk fungsi tangan secara keseluruhan? Jempol memungkinkan kita melakukan banyak aktivitas sehari-hari seperti memegang, menulis, atau bahkan menggunakan gawai.

Perkembangan teknologi memengaruhi peradaban manusia, yang awalnya "mulutmu harimaumu" nah seiring berjalannya waktu, istilah tersebut perlahan tergantikan menjadi "jempolmu harimaumu" ini menandakan begitu dahsyat pengaruh jempol ketika berbicara diatas gawai pintar bahkan etika. "Jempolmu harimaumu" memang menggambarkan bagaimana satu klik atau ketukan di media sosial bisa berdampak besar, baik positif maupun negatif. Teknologi gawai pintar telah mengubah dinamika komunikasi kita, dan etika online menjadi sangat penting.

Tanpa jempolan orang pintar pun terlihat tolol. Ungkapan “tanpa jempolan orang pintar pun terlihat tolol” bermakna sebagai sindiran terhadap zaman media sosial—di mana validasi atau pengakuan (seperti “jempol” atau suka) sering dianggap sebagai ukuran kepintaran atau nilai seseorang. Kepintaran sejati bisa tidak diakui jika tidak ada yang menyukainya secara publik. Jadi, meskipun seseorang pintar, tanpa dukungan atau apresiasi dari publik, dia bisa tampak “bodoh” atau tidak dianggap.

Toh demikian, nilai seseorang tidak seharusnya ditentukan oleh jumlah “jempol” yang dia terima. Terpenting bagaimana kita menjaga etika saat berinteraksi di dunia digital?

Sejarah Cap Jempol

Penggunaan cap jempol atau sidik jari memiliki sejarah panjang selama ribuan tahun sebagai sarana identifikasi. Dalam peradaban kuno, sidik jari digunakan sebagai tanda tangan pada dokumen kuno di Tiongkok sekitar tahun 3000 SM.

Pada abad ke-19, Sir Francis Galton melakukan penelitian tentang sidik jari dan menemukan keunikan pola sidik jari setiap individu. Pada akhir abad ke-19, cap jempol atau sidik jari mulai digunakan dalam investigasi kriminal terutama setelah kasus pembunuhan di Jepang yang melibatkan sidik jari sebagai bukti utama.

Saat ini, teknologi pengenalan sidik jari telah berkembang pesat dan digunakan dalam berbagai bidang, termasuk keamanan, imigrasi, dan forensik. Penggunaan cap jempol atau sidik jari terus berkembang seiring kemajuan teknologi, membuatnya lebih akurat dan efisien dalam identifikasi individu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |