RS Al Shifa Gaza: 350 Ribu Orang Alami Penyakit Kronis karena Kehabisan Obat

8 hours ago 6
UNRWA mencatat 66 ribu anak Gaza alami malnutrisi parah. (AFP via Daysofpal)UNRWA mencatat 66 ribu anak Gaza alami malnutrisi parah. (AFP via Daysofpal)

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), melaporkan sekitar 66 ribu anak di Gaza menderita malnutrisi parah.

Kepala Rumah Sakit Al Shifa di Gaza, Dr. Mohammed Abu Salmiya, telah memperingatkan pasien meninggal setiap hari karena blokade Israel yang terus mencegah pasokan medis.

Padahal, obat-obatan dan peralatan medis sangat penting memasuki wilayah kantong yang terkepung tersebut, untuk menyelamatkan para pasien.

Dr. Mohammed Abu Salmiya mengatakan kepada Al Jazeera bahwa sejak gencatan senjata dimulai pada 11 Oktober, hanya sekitar 10 persen bantuan medis yang diperlukan telah memasuki Gaza.

Lebih 1.000 warga Palestina yang membutuhkan perawatan telah meninggal dunia akibat kekurangan, katanya, menggambarkan situasi tersebut sebagai “bencana.”

Menurut Abu Salmiya, sekitar 350 ribu orang dengan penyakit kronis kehabisan obat-obatan penting, dan rumah sakit menerima jenazah pasien yang meninggal karena kondisi yang sebenarnya dapat diobati.

“Tanpa obat-obatan atau perawatan, nasib mereka adalah kematian,” ungkapnya, dilansir Days of Palestine, Jumat. Ia berujar 22 ribu warga Palestina sangat membutuhkan perawatan di luar negeri.

Termasuk 18.000 yang dokumennya telah disetujui, namun pendudukan Israel terus menutup perlintasan perbatasan yang telah memblokir semua transfer.

Perempuan dan anak-anak tetap menjadi kelompok yang paling terdampak, dengan angka kematian bayi melonjak dari 10 menjadi lebih dari 40 persen, dan kematian ibu meningkat tajam.

Pernyataan dokter itu muncul beberapa jam setelah pendudukan Israel melancarkan serangkaian serangan udara di Gaza. Serangan itu menjadi salah satu pelanggaran gencatan senjata paling parah hingga saat ini.

Akibatnya menewaskan sedikitnya 104 warga Palestina, termasuk 46 anak-anak, dan melukai ratusan lainnya dalam waktu 12 jam. “Mereka yang terluka sekarat tepat di depan mata kita,” kata Abu Salmiya.

“Kami tidak berdaya, tidak punya sumber daya, tidak ada obat-obatan, dan tidak ada peralatan untuk menyelamatkan mereka,” tambahnya.

Mahmoud Basal, juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, mengatakan tim penyelamat “kewalahan” dalam menanggapi hampir 90 insiden selama pengeboman tersebut.

Menurut Basal kurangnya alat berat telah menghambat upaya penyelamatan. “Ribuan orang meninggal karena kami tidak dapat menjangkau mereka tepat waktu,” jelasnya.

Ia mencatat meskipun pendudukan Israel telah mengizinkan sejumlah peralatan terbatas masuk ke Gaza, itu hanya untuk mengambil jenazah warga Israel yang ditawan, bukan untuk operasi penyelamatan warga.

Gaza Terima 30 Jenazah Syuhada

Sebanyak 30 jenazah Syuhada dikirim ke Kompleks Medis Nasser di Khan Younis setelah diserahkan oleh pasukan pendudukan Israel melalui Komite Internasional Palang Merah.

Menurut sumber setempat, pasukan pendudukan melepaskan jenazah yang sebelumnya ditahan mereka, sebagai bagian kesepakatan pertukaran baru-baru ini.

Sehingga jumlah total jenazah yang diterima Gaza menjadi 225 martir. Banyak mayat menunjukkan tanda-tanda penyiksaan dan penganiayaan fisik.

Beberapa di antaranya menjadi sasaran eksekusi di lapangan.

Warga Gaza Kembali Dibunuh Sniper Zionis

Pada Jumat (31/10/2025) di masa gencatan senjata, tiga warga Palestina dibunuh, termasuk dua orang meninggal karena luka akibat serangan udara Israel sebelumnya di Khan Yunis, selatan Jalur Gaza.

Menurut sumber setempat, seorang warga bernama Mahmoud al-Wadiyah tewas dan saudaranya terluka pada hari Jumat oleh tembakan penembak jitu Israel di lingkungan ash-Shuja'iya di Kota Gaza.

Sebelumnya, sumber lokal melaporkan kematian Hamdi al-Bureim, yang tewas dalam serangan udara yang menargetkan rumahnya pada Kamis di Musabbah, kota Abasan, timur Khan Yunis di Gaza selatan.

Pada Jumat dini hari, Mohammad Qudeih meninggal karena luka yang diderita dalam serangan Israel terhadap sebuah tenda di Khan Yunis dua hari lalu.

Tadi malam, dua warga negara menderita luka-luka menyusul serangan Israel di kota Bani Suheila, sebelah timur Khan Yunis.

Pada dini hari Jumat, tentara pendudukan Israel meledakkan beberapa rumah dan bangunan di timur Khan Yunis, dalam pelanggaran berkelanjutan terhadap perjanjian gencatan senjata.

Sejak 7 Oktober 2023, pasukan penjajah Zionis Israel telah membunuh sedikitnya 68.643 warga Palestina dan melukai lebih dari 170 ribu orang, menurut data militer yang bocor.

Sekitar 10 ribu orang masih hilang, diduga tewas tertimbun reruntuhan.

Mila

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |