Pesan Habib, Pastor, hingga Biksu Saat Doa Lintas Agama Bareng Ribuan Driver Gojek

3 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sebanyak enam pemuka agama hadir bersama ribuan driver Gojek dan ratusan karyawan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dalam acara bertajuk Doa Lintas Agama dan Silaturahmi Keluarga Besar GoTo. Acara digelar di Aula Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta, Jumat malam (12/9/2025).

Acara ini diselenggarakan untuk mendoakan Indonesia, menjaga persatuan, menghargai keberagaman, sekaligus memperkuat persaudaraan di tengah situasi Tanah Air saat ini.

Keenam pemuka agama yang hadir dan memimpin doa bersama itu yakni Ustaz Habib Ja’far, Pendeta Marcel Saerang, Bhikku Bhandra Natha Thera, Pastor Antonius Suyadi, tokoh Hindu Yan Mitha Djaksana dan pemuka Konghucu JS Kristan.

Acara ini juga digelar sekaligus untuk mendoakan dan menyerahkan donasi dari karyawan GoTo untuk keluarga almarhum Affan Kurniawan (mitra Gojek yang menjadi korban dalam insiden Pejompongan 28 Agustus 2025 lalu) dan anak-anak yatim mitra driver dari komunitas GOPAY (Gojek Peduli Anak Yatim).

Dalam kesempatan itu, Habib Ja’far berpesan soal pentingnya saling menularkan kebaikan tak hanya bagi sesama satu agama, tapi juga bagi orang dengan keyakinan yang berbeda.

“Affan Kurniawan adalah seorang Muslim, Muslim yang baik, wafat dalam keadaan baik, dan setelah wafat pun membawa kebaikan, bisa mengumpulkan orang berbeda agama. Almarhum orang yang baik, orang yang luar biasa. Kita dibuat duduk oleh almarhum, dan itu karena solidaritas kita,” kata Habib.

“Kita didorong saling bersama, saling bergotong-royong. Kalau dalam Islam itu ayatnya, Ta awanu alal birri wattaqwa. Bersama-sama lah kamu dalam ketakwaan untuk yang sesama Islam. Tapi untuk yang berbeda agama, Ta awanu alal birri. Birri itu artinya kebaikan. Kebaikan tidak hanya ada dalam satu agama. Semua agama mengajarkan kebaikan, walaupun kita berbeda dalam kebenaran,” kata Habib menjelaskan.

Pendeta Marcel pun berpesan bahwa perlunya saling menjaga antarsesama karena perbedaan adalah keniscayaan.

“Di sini (acara ini) saya merasa bukan seperti dalam lingkungan pekerjaan, bukan seperti perusahaan dan mitra, tapi rasa kekeluargaan itu luar biasa. Ini akan mendorong tindakan kita, akan mendorong kita saling melindungi, saling menjaga.”

“Tuhan yang menciptakan setiap kita mungkin berbeda-beda, tapi sekali lagi kita diciptakan Tuhan dan perbedaan adalah sebuah keindahan,” kata Pendeta.

Hadir pula Js Kristan dari Konghucu yang berpesan tentang nilai-nilai kebaikan. Dia pun mengapresiasi Gojek yang mencontohkan bagaimana solidaritas itu nyata dan tinggi.

“Saya tuh melihat dari semua komunitas, apapun yang di Indonesia in, saya melihat solidaritas tuh adanya di Gojek. Semua orang itu ngumpul, gabung, enggak tanya agamanya apa, asal usulnya apa.”

“Kalau dalam tradisi Konghucu, kalau Anda mau maju, maka Anda harus bantu orang lain maju. Kalau Anda ingin tegak, maka bantulah orang lain untuk tegak. Kamu gak khawatir kamu gak sendirian, nah itu ada di Gojek.”

Dia mengatakan orang bijaksana itu adalah orang yang bisa berkumpul dengan orang lain meskipun dia beda. “Sebaliknya, orang yang tidak bijaksana walaupun sama, dia belum tentu bisa ngumpul, bisa rukun semua. Saya rasa hari ini kita, masyarakat Indonesia, harus belajar dari Gojek, terutama soal solidaritas, persaudaraan, dan kebersamaan,” kata Kristan.

Dalam kesempatan itu, Bhikku Bhandra Natha Thera juga menyampaikan beberapa hal yang menjadi renungan. “Kita diberikan kesempatan merenungkan soal usia tua, sakit, kematian. Ketiga hal ini, mau agama apapun, keyakinan apapun, kepercayaan apapun, semua berada pada kondisi yang sama: mengalami yang namanya usia tua, sakit, dan kematian,” kata dia.

“Ini menjadi satu dasar pemikiran dan perenungan bagi kita agar kita bisa saling membantu, saling menolong satu sama lain. Karena apa? Meskipun kita berbeda, tapi menuju pada kondisi yang sama, menuju kelapukan. Di dalam Dharma, dikatakan, mereka yang menolong dirinya sendiri, sesungguhnya dia juga menolong orang lain,” kata Bhikku.

Yan Mitha Djaksana dari Hindu juga menjelaskan konsep “Manasewa" yang berarti melayani manusia dan "Madawasewa" yang artinya melayani Tuhan.

“Melayani manusia sama dengan melayani Tuhan. Jadi, bapak-bapak (driver) ini ketika mengantar orderan, orang, antar barang, dan lainnya, itu adalah bagian dari pelayanan bapak-ibu terhadap Tuhan. Dalam Hindu, bapak-ibu ini adalah pelayan-pelayan tertinggi dari Tuhan.”

Terakhir, Pastor Antonius Suyadi mengatakan semua orang punya peran masing-masing. “Teman-teman dipakai oleh Tuhan Allah untuk menyelamatkan orang sampai tujuan. Tentu itu berkat yang luar biasa,” katanya.

“Kita ini hidup bersama-sama, sesama manusia. Jadi enggak usah membeda-bedakan, makhluk dari Tuhan yang Maha Kuasa ini kita semuanya. Yang kedua, semua ada berkahnya. Karena apa? Karena teman-teman semuanya juga mendapatkan rezeki, lalu yang di antar (konsumen) juga mendapatkan rezeki juga pasti dalam bentuk yang berbeda-beda itu.”

Dalam acara doa lintas agama itu, selain menyatukan ribuan mitra dan karyawan, acara ini juga dihadiri oleh jajaran komisaris, direksi, dan manajemen Goto. Mereka antara lain Komisaris Utama Agus Martowardojo, Direktur Utama Patrick Walujo, Wakil Direktur Utama Catherine Hindra Sutjahyo, Direktur Komunikasi dan Public Affairs Ade Mulya, dan Direktur/Chief People Officer Monica Lynn Mulyanto.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |