Kemenkes Gaza: Kelaparan dan Pembantaian Ancam Ribuan Warga Palestina

3 days ago 18
Ribuan warga Gaza dihantui bencana kelaparan yang belum pernah terjadi sebelumnya.Ribuan warga Gaza dihantui bencana kelaparan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Kementerian Kesehatan di Gaza telah mengeluarkan peringatan mendesak tentang bencana kelaparan dan pembantaian mematikan.

Ancaman itu menargetkan ribuan warga sipil yang kelaparan di dekat pusat distribusi bantuan Amerika, yang secara lokal digambarkan sebagai "jebakan maut".

Dalam pernyataan yang dirilis Sabtu, menukil laporan Days of Palestine, Kementerian Kesehatan mengatakan Jalur Gaza menghadapi bencana kelaparan yang nyata dan semakin parah.

Gal ini ditandai dengan kekurangan pasokan pangan pokok yang parah dan peningkatan tajam malnutrisi akut. Krisis ini juga diperparah dengan runtuhnya total kemampuan medis untuk mengobati penyakit yang berhubungan dengan kelaparan.

Tim medis telah mencatat peningkatan signifikan dalam kematian terkait kelaparan, karena kelaparan dan kekurangan gizi merenggut semakin banyak nyawa setiap hari.

Menurut Kementerian Kesehatan, Kompleks Medis Nasser telah menerima jenazah 32 orang yang tewas sejak subuh tadi, beserta puluhan korban luka.

Semuanya menjadi korban serangan gensoida Israel yang menargetkan warga sipil di lokasi distribusi bantuan Amerika di Gaza selatan.

Kementerian Kesehatan memperingatkan bencana kesehatan dan kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, jika masyarakat internasional tetap diam menghadapi kekejaman ini.

Ia menyerukan kepada masyarakat internasional, badan-badan PBB, dan organisasi-organisasi hak asasi manusia untuk mengambil tindakan segera dan konkret.

Langkah ini penting untuk segera menghentikan pembantaian dan membuka koridor kemanusiaan untuk pengiriman makanan, obat-obatan, dan bahan bakar yang aman dan teratur.

Sejak 2 Maret, pendudukan Israel telah menutup semua penyeberangan ke Gaza.

Selain itu, mereka terus mencegah masuknya bantuan kemanusiaan, yang memicu meroketnya harga bahan makanan pokok dan kekurangan meluas di pasar-pasar lokal.

Pernyataan itu menambah kekhawatiran yang meningkat dari lembaga kemanusiaan dan kelompok-kelompok hak asasi manusia atas pengepungan dan kampanye militer Israel yang berlangsung di Gaza.

Ancaman ini telah menciptakan salah satu krisis pangan terburuk dalam sejarah modern.

Zionis Tolak Kesepakatan Gencatan Senjata

Hamas mengungkapkan pendudukan Israel menolak kesepakatan gencatan senjata komprehensif yang akan menjamin pembebasan semua tawanan yang saat ini ditahan di Jalur Gaza.

Dalam video pra-rekaman yang dirilis pada Jumat, Juru Bicara sayap militer Hamas Brigade Qassam, Abu Ubaida, menyatakan kelompok itu baru-baru ini menawarkan proposal pertukaran penuh.

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintahan sayap kanannya menolaknya.

"Sudah jelas pemerintahan kriminal Netanyahu tidak serius dengan nasib para tawanan, karena mereka adalah tentara," kata Abu Ubaida, dalam pidato video pertamanya sejak Maret.

Ia menambahkan bahwa usulan Hamas akan mengakhiri perang, menjamin penarikan pasukan Israel, dan mengizinkan bantuan kemanusiaan tanpa batas ke Gaza.

Penolakan kesepakatan tersebut telah menghentikan negosiasi tidak langsung yang saat ini sedang berlangsung di Qatar.

Abu Ubaida memperingatkan bahwa jika pendudukan Israel menarik diri dari perundingan ini, Hamas tidak akan kembali ke kesepakatan parsial, termasuk rencana 60 hari yang sedang dibahas, yang akan mencakup pembebasan 10 tawanan.

Menurut Hamas, kelompok tersebut masih menahan sekitar 50 tawanan, dengan sekitar 20 orang diyakini masih hidup.

Presiden AS Donald Trump, berbicara dalam jamuan makan malam bersama para anggota parlemen di Gedung Putih pada hari Jumat, mengklaim bahwa "10 tawanan lainnya akan segera dibebaskan," menegaskan bahwa sebagian besar telah dipulangkan.

Namun, Trump tidak memberikan detail apa pun, dan prediksi berulang tentang gencatan senjata yang akan segera terjadi sejauh ini tidak membuahkan hasil.

Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, Abu Ubaida mengisyaratkan Hamas siap menghadapi konflik berkepanjangan jika tidak ada kesepakatan yang tercapai.

Hamas juga bersumpah melanjutkan penyergapan dan serangan yang menargetkan pasukan Israel di Gaza. Abu Ubaida kemudian mengecam diamnya para pemimpin Arab dan Muslim, menuduh mereka terlibat dalam serangan Israel yang sedang berlangsung.

"Darah puluhan ribu orang tak berdosa ada di tangan kalian," ujarnya, merujuk kelambanan pemerintah daerah dalam menghadapi apa yang ia sebut sebagai genosida.

Pasukan zionis Israel terus memperketat cengkeraman mereka di Gaza, menuntut kendali militer atas koridor-koridor utama yang memisahkan berbagai bagian enklave tersebut, termasuk koridor Morag dan Magen Oz.

Bantuan sebagian besar masih terblokir, dan pasukan Israel terus menembaki warga sipil yang kelaparan di titik-titik distribusi makanan. Termasuk yang dioperasikan Yayasan Kemanusiaan Global (GHF) yang kontroversial.

Saat sama, pendudukan Israel terus maju dengan rencana kontroversial untuk membangun fasilitas penahanan di reruntuhan Rafah, yang memicu kritik internasional yang luas.

Pada hari Jumat saja, sedikitnya 41 warga Palestina tewas dalam serangan Israel, menurut sumber medis.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 58.667 warga Palestina telah tewas dan 139.974 lainnya terluka sejak genosida Israel di Gaza dimulai Oktober 2023.

Sejak berakhirnya gencatan senjata terakhir pada bulan Maret, 7.843 warga Palestina telah tewas dan hampir 28.000 lainnya terluka.

Para pejabat kesehatan memperingatkan akan adanya peningkatan dramatis angka kematian akibat kelaparan, dengan rumah sakit kewalahan menerima anak-anak dan orang dewasa yang datang dalam kondisi kritis akibat malnutrisi dan kelelahan.

Kementerian menggambarkan situasi kemanusiaan ini sebagai "belum pernah terjadi sebelumnya", dengan semakin banyaknya pasien yang meninggal karena penyebab yang sebenarnya dapat dicegah di tengah blokade yang terus berlanjut.

Mila

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |