Bagaimana Jupiter Muda Membentuk Tata Surya dan Membantu Menciptakan Bumi

4 hours ago 3
NASANASA

Penelitian baru dari Universitas Rice menunjukkan bahwa Jupiter, planet terbesar di tata surya kita, memainkan peran penting dalam pembentukan tata surya awal — termasuk kondisi yang menyebabkan pembentukan Bumi.

Penelitian yang dipublikasikan di Science Advances ini menunjukkan bahwa seiring pertumbuhan Jupiter yang pesat di masa mudanya, ia membentuk cincin dan celah besar pada cakram gas dan debu yang mengelilingi matahari muda tersebut.

Celah-celah ini tidak hanya menjadi dasar pembentukan planet seperti Bumi, tetapi juga menjelaskan misteri lama tentang meteorit purba.

Ilmuwan planet André Izidoro dan Baibhav Srivastava dari Rice menggunakan simulasi komputer canggih untuk memodelkan pertumbuhan awal Jupiter.

Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa gravitasi Jupiter yang sangat besar menggerakkan cakram gas dan debu, menciptakan riak dan "kemacetan lalu lintas" yang menjebak partikel, alih-alih membiarkannya jatuh ke matahari.

Dalam cincin-cincin padat ini, partikel-partikel tersebut dapat saling menempel dan membentuk planetesimal — benih batuan yang menjadi dasar pembentukan planet.

Anehnya, planetesimal ini bukanlah generasi pertama blok penyusun tata surya. Mereka terbentuk jutaan tahun kemudian, menciptakan apa yang disebut para ilmuwan sebagai "generasi kedua".

Waktu ini bertepatan dengan kelahiran jenis meteorit berbatu khusus yang disebut kondrit.

Meteorit ini merupakan salah satu material paling primitif yang pernah ditemukan, yang melestarikan jejak kimiawi tata surya awal.

“Kondrit bagaikan kapsul waktu dari awal terbentuknya tata surya,” kata Izidoro, asisten profesor ilmu Bumi, lingkungan, dan planet di Rice.

“Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah bertanya-tanya mengapa beberapa di antaranya terbentuk dua atau tiga juta tahun setelah benda padat pertama."

"Studi kami menunjukkan bahwa Jupiter sendiri menciptakan kondisi yang tepat untuk pembentukan yang tertunda ini.”

Kondrit mengandung tetesan cair kecil yang dikenal sebagai kondrul, bersama dengan debu yang belum tersentuh dari nebula surya awal.

Karena tidak pernah meleleh atau berubah secara kimiawi seperti meteorit lainnya, mereka memberikan catatan unik tentang bagaimana tata surya berevolusi.

Srivastava, seorang mahasiswa pascasarjana di laboratorium Izidoro, menjelaskan bahwa pertumbuhan Jupiter yang cepat memisahkan materi di tata surya bagian dalam dan luar, mempertahankan "rasa" isotop mereka yang berbeda.

Pertumbuhan ini juga menciptakan zona-zona baru tempat planetesimal dapat terbentuk lama setelah generasi pertama menghilang.

Studi ini juga menawarkan petunjuk tentang mengapa Bumi, Venus, dan Mars akhirnya mengelompok di dekat matahari, alih-alih berputar ke dalam — seperti yang terjadi di banyak sistem planet lainnya.

Keberadaan Jupiter yang masif menghalangi gas mengalir ke dalam, mencegah planet-planet batuan muda bermigrasi terlalu dekat dengan matahari.

"Jupiter tidak hanya menjadi planet terbesar," kata Izidoro. "Ia menetapkan arsitektur untuk seluruh tata surya. Tanpanya, Bumi seperti yang kita kenal mungkin tidak ada."

Para peneliti mengatakan temuan mereka selaras dengan gambar teleskop dari Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) di Chili, yang menunjukkan sistem bintang muda dengan struktur cincin yang serupa — gambaran sekilas tentang seperti apa tata surya kita pada hari-hari awalnya.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |