Indonesia Dinilai Bisa Naik Peringkat di SGIE 2024

4 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Integrasi antara gaya hidup digital Muslim dan layanan keuangan syariah diperkirakan menjadi tren utama dalam laporan State of the Global Islamic Economy(SGIE) 2024 yang akan dirilis Selasa (8/7/2025). Center for Sharia Economic Development (CSED) INDEF menilai Indonesia memiliki peluang besar naik peringkat dalam indeks global, namun hanya jika mampu mengambil langkah-langkah strategis yang konkret.

“CSED INDEF memperkirakan tren paling menonjol dalam SGIE Report 2024 bukan hanya terletak pada sektor konvensional seperti halal food atau modest fashion, tetapi justru pada integrasi antara gaya hidup digital Muslim dengan layanan keuangan syariah yang semakin inovatif,” ujar Kepala CSED INDEF Prof Nur Hidayah kepada Republika, Senin (7/7/2025).

Dalam SGIE Report 2023, Indonesia menempati posisi keempat dalam Global Islamic Economy Indicator, di bawah Malaysia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Meski kekuatan Indonesia relatif merata di sektor halal food, keuangan syariah, dan modest fashion, kontribusinya terhadap ekspor dan investasi belum optimal.

CSED INDEF menilai akselerasi digital menjadi faktor pengubah peta industri halal global. “Pergeseran preferensi generasi Muslim muda terhadap produk dan layanan yang digital-first, berkelanjutan, dan berbasis nilai (value-driven consumption) akan mempercepat pertumbuhan ekosistem Islamic Digital Lifestyle Economy. Misalnya, peningkatan jumlah platform halal travel, Islamic ethical investment apps, serta e-wallet syariah yang berbasis maqashid,” jelas Nur.

Keuangan syariah, lanjutnya, tetap menjadi fondasi karena perannya sebagai penggerak pembiayaan sektor halal lainnya. “Terobosan seperti Green Sukuk, Cash Waqf Linked Sukuk, serta integrasi ESG-Maqashid dalam keuangan syariah akan memperkuat positioning sektor ini di mata investor global yang mulai menuntut keuangan yang beretika dan berkelanjutan,” katanya.

CSED INDEF memproyeksikan Indonesia tetap berada di posisi empat besar, bahkan berpeluang naik jika sektor halal food, modest fashion, dan Islamic fintech terus tumbuh pada 2024. Namun, posisi tinggi saja dinilai belum cukup. “Posisi tinggi dalam indeks bukanlah tujuan akhir, melainkan landasan untuk mengambil peran strategis dalam arus investasi dan perdagangan halal global. Di tengah ketidakpastian geopolitik dan perlambatan ekonomi negara maju, permintaan akan produk halal dan keuangan etis justru menunjukkan ketahanan. Ini adalah peluang strategis yang perlu segera ditindaklanjuti secara konkret,” tegas Nur.

CSED INDEF mencatat empat peluang utama yang dapat dioptimalkan Indonesia, yaitu peningkatan ekspor produk halal ke negara OKI dan BRICS seperti Rusia, Brasil, dan Afrika Selatan; peningkatan investasi dari Timur Tengah ke sektor makanan, energi, dan pertanian halal; digitalisasi sertifikasi halal dan harmonisasi standar internasional; serta penguatan diplomasi halal di forum G20, BRICS, dan OKI. Namun, seluruh peluang itu membutuhkan arah kebijakan yang progresif.

“Mensyaratkan percepatan agenda industrialisasi halal, reformasi insentif fiskal bagi pelaku industri halal, serta investasi besar dalam infrastruktur riset, teknologi, dan sumber daya manusia ekonomi syariah,” ungkap Nur.

Ia menekankan, Indonesia harus berani melangkah lebih jauh. “SGIE Report 2024 adalah refleksi dari dinamika pasar dan kebudayaan Muslim global. Namun bagi Indonesia, laporan ini seharusnya dibaca sebagai ajakan untuk berani melompat lebih jauh: dari sekadar mengikuti tren, menjadi penentu arah dan produsen nilai global,” ujarnya.

“CSED INDEF mendorong agar Indonesia tidak hanya membanggakan posisi dalam indeks, tapi juga merumuskan Kebijakan Ekonomi Syariah Nasional yang terintegrasi dan berpandangan jauh ke depan dengan keberanian untuk mengambil peran utama dalam membentuk masa depan ekonomi halal yang inklusif, inovatif, dan berkeadaban,” lanjutnya.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |