Intelijen Prancis Tuding Pejabat China Coba Rusak Reputasi Rafale

3 hours ago 4
Air Force PowerJet tempur Rafale milik AU India. Sumber:Air Force Power

PARIS -- Pejabat militer dan intelijen Prancis mengeklaim, China telah mengerahkan kedutaannya untuk menyebarkan keraguan tentang kinerja jet Rafale buatan Dassault Aviation setelah pertempuran udara antara India dan Pakistan pada medio Mei 2025. Kantor berita Associated Press (AP) pada Ahad (6/7/2025), mengutip pejabat Prancis, melaporkan, Beijing berupaya merusak reputasi dan penjualan pesawat tempur andalan Prancis tersebut.

Pejabat Prancis mengatakan, mereka telah menemukan bahwa kedutaan besar China mencoba merusak penjualan Rafale dengan membujuk negara-negara yang telah memesan jet tersebut, terutama Indonesia, untuk tidak membelinya dan malah memilih jet tempur buatan negeri Tirai Bambu tersebut. Laporan AP mengatakan, temuan tersebut dibagikan oleh seorang pejabat militer Prancis dengan syarat tidak disebutkan namanya.

Bentrokan India-Pakistan selama empat hari pada Mei 2025, merupakan konfrontasi paling serius dalam beberapa tahun terakhir antara kedua negara tetangga bersenjata nuklir tersebut. Pertempuran India-Pakistan mencakup pertempuran udara yang melibatkan puluhan pesawat dari kedua belah pihak.

Pejabat militer dan peneliti sejak saat itu telah menggali rincian tentang bagaimana perangkat keras militer buatan China milik Pakistan, khususnya pesawat tempur Chengdu J-10 dan rudal tempur udara, mampu bersaing dengan persenjataan yang digunakan India dalam serangan udara terhadap target-target Pakistan, terutama pesawat tempur Rafal. Penjualan Rafale dan persenjataan lainnya merupakan bisnis besar bagi industri pertahanan Prancis dan membantu Paris untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara lain, termasuk di Asia, di mana China menjadi kekuatan regional yang dominan.

India rugi

Di sisi lain, Pakistan mengatakan, Angkatan Udaranya (PAF) menembak jatuh lima jet tempur India selama pertempuran tersebut, termasuk tiga unit Rafale. Pejabat Prancis mengatakan hal itu memicu pertanyaan tentang kinerja mereka dari negara-negara yang telah membeli pesawat tempur tersebut dari produsen Dassault Aviation.

India mengakui, adanya kerugian pesawat tetapi tidak menyebutkan jumlahnya. Kepala Staf Angkatan Udara Prancis Jenderal Jerome Bellanger mengatakan, ia telah melihat bukti yang menunjukkan hanya tiga kerugian pesawat, Rafale, Sukhoi buatan Rusia, dan Mirage 2000, yang merupakan jet generasi awal buatan Prancis, dalam perang melawan Pakistan.

Momen itu adalah kerugian tempur pertama atas jatuhnya Rafale, yang telah dijual Prancis ke delapan negara. "Tentu saja, semua negara yang membeli Rafale bertanya pada diri mereka sendiri," kata Bellanger.

Pejabat Prancis telah berjuang untuk melindungi pesawat tersebut dari kerusakan reputasi, dengan melawan apa yang mereka duga sebagai kampanye terpadu untuk mencela Rafale dan disinformasi daring dari Pakistan dan sekutunya, China. Mereka mengatakan kampanye tersebut mencakup unggahan viral di media sosial, gambar yang dimanipulasi yang menunjukkan puing-puing Rafale, konten yang dibuat dengan AI, dan penggambaran gim video untuk mensimulasikan pertempuran yang diduga terjadi.

Lebih dari 1.000 akun media sosial yang baru dibuat saat bentrokan India-Pakistan meletus juga menyebarkan narasi tentang keunggulan teknologi China, menurut peneliti Prancis yang mengkhususkan diri dalam disinformasi daring. Dikutip dari Aljazeera, pejabat militer di Prancis mengatakan mereka belum dapat menghubungkan serangan online Rafale secara langsung dengan pemerintah China.

Namun, dinas intelijen Prancis mengatakan, Atase Pertahanan (Athan) Kedutaan China menyuarakan narasi yang sama dalam pertemuan yang mereka adakan dengan pejabat keamanan dan pertahanan dari negara lain. Athan China bealasan bahwa jet Rafale India berkinerja buruk dan mempromosikan persenjataan buatan China.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |