IHSG Diprediksi Tembus 8.168, Sentimen Domestik dan Global Perkuat Arah Pasar

4 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpeluang melanjutkan penguatan pekan ini dan menembus level resisten di 8.168. Kombinasi faktor domestik, seperti kuatnya konsumsi, penjualan kendaraan, serta stabilitas cadangan devisa, dan sentimen global dari potensi pemangkasan suku bunga The Fed menjadi penopang utama arah pasar.

“Ekspektasi penurunan suku bunga masih menjadi sentimen dominan, meskipun penutupan pemerintahan AS sudah berlangsung tiga hari,” ujar Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, Senin (6/10/2025).

Di pasar global, indeks S&P 500 mencatat rekor penutupan tertinggi, sementara Dow Jones naik 0,51 persen dan Nasdaq terkoreksi 0,28 persen. Sentimen investor masih dipengaruhi oleh penantian data ketenagakerjaan AS dan pidato pejabat The Fed yang akan memberi sinyal arah kebijakan moneter ke depan. Di Asia, mayoritas bursa menguat mengikuti penguatan Wall Street, meski bursa China dan Korea Selatan tutup karena libur nasional.

Kondisi pasar domestik juga menunjukkan tren positif. IHSG ditutup menguat 0,6 persen pada akhir pekan lalu, meski investor asing mencatatkan jual bersih Rp 140 miliar. Saham perbankan besar seperti BBRI, BMRI, dan BBCA menjadi yang paling banyak dilepas.

Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, Imam Gunadi, memperkirakan tren kenaikan IHSG masih akan berlanjut setelah sebelumnya ditutup di level 8.118,30. “Meski demikian, ada potensi koreksi jangka pendek jika data ekonomi tidak sesuai ekspektasi atau jika pidato The Fed bernada hawkish,” kata Imam.

Fundamental ekonomi Indonesia turut memperkuat optimisme pasar. Inflasi September tercatat 2,65 persen secara tahunan dan masih berada dalam target Bank Indonesia. Sektor manufaktur juga tetap ekspansif dengan indeks PMI di level 50,4. Selain itu, pemerintah menambah stimulus hampir 2 miliar dolar AS untuk Natal dan Tahun Baru, melengkapi total stimulus fiskal tahun ini yang mencapai 4,5 miliar dolar AS.

Momentum positif ini turut didukung oleh lonjakan surplus neraca perdagangan yang mencapai 5,49 miliar dolar AS pada Agustus. Kondisi tersebut memberi ruang bagi daya beli masyarakat untuk tetap kuat hingga akhir tahun. Di sisi eksternal, peluang The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin kini mencapai 96,2 persen. Sementara di China, pemerintah menyiapkan paket stimulus senilai 500 miliar yuan guna menopang konsumsi dan proyek infrastruktur.

Dari pasar obligasi, Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe, memperkirakan permintaan terhadap Surat Berharga Negara (SBN) berdenominasi rupiah tetap tinggi. “Yield SBN tenor 10 tahun diperkirakan bergerak di kisaran 6,24–6,43 persen,” ujarnya.

Imam menambahkan, pekan ini pelaku pasar akan menyoroti sejumlah data penting seperti cadangan devisa, penjualan ritel, serta penjualan kendaraan bermotor. “Data tersebut akan memberi gambaran seberapa kuat konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat yang menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.

Secara teknikal, IHSG masih berpotensi memperpanjang reli selama tetap bertahan di atas level support 8.080, dengan target resisten di kisaran 8.150–8.200. Investor disarankan mencermati saham-saham yang diuntungkan oleh kondisi ekonomi domestik seperti ASII, JSMR, dan ICBP, serta obligasi seri FR0100 yang berpotensi menarik saat suku bunga mulai turun.

Dengan kombinasi faktor ekonomi domestik yang solid, stimulus fiskal yang berlanjut, dan sinyal pelonggaran kebijakan moneter global, pasar melihat peluang kuat bagi IHSG untuk menembus level baru dan menjaga momentum penguatannya hingga akhir tahun.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |