Warga Gaza: 20 Poin Rencana Trump Hanya Manipulasi

22 hours ago 9

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Warga Gaza menyatakan skeptis terhadap rencana terbaru Trump, dan menganggapnya sebagai lelucon untuk  mengakhiri perang. Rencana yang bakal menempatkan pemerintahan asing di Jalur Gaza itu disebut sebagai manipulasi.

“Jelas bahwa rencana ini tidak realistis,” kata Ibrahim Joudeh (39 tahun), kepada kantor berita AFP dari tempat pengungsiannya di al-Mawasi di pantai selatan Gaza. "Perjanjian ini dirancang dengan syarat-syarat yang diketahui oleh AS dan Israel tidak akan diterima oleh Hamas. Bagi kami, itu berarti perang dan penderitaan akan terus berlanjut."

Abu Mazen Nassar (52), juga pesimis dan takut bahwa rencana tersebut bertujuan untuk mengelabui faksi-faksi Palestina agar melepaskan sandera yang ditahan di Gaza tanpa imbalan perdamaian.

"Ini semua manipulasi. Apa artinya menyerahkan semua tahanan tanpa jaminan resmi untuk mengakhiri perang?" tanya Nassar, yang mengungsi dari rumahnya di Gaza utara ke Deir el-Balah di Gaza tengah. “Kami sebagai masyarakat tidak akan menerima lelucon ini,” katanya, seraya menambahkan: “Apa pun yang diputuskan Hamas mengenai kesepakatan itu, sudah terlambat.”

Gedung Putih telah meluncurkan 20 poin proposal yang dikatakannya dapat segera menghentikan agresi Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 66.000 warga Palestina dan meninggalkan wilayah terkepung itu dalam kehancuran.

Jika rencana tersebut diterima oleh kedua belah pihak, perang akan segera berakhir dan semua tawanan yang ditahan di Gaza, hidup dan mati, dikembalikan dalam waktu 72 jam dan tahanan Palestina dibebaskan. Jalur Gaza untuk sementara akan diperintah oleh pemerintahan teknokratis Palestina tanpa peran Hamas, dan Israel tidak akan mencaplok Gaza.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menerima rencana Trump. Sementara Hamas menyatakan masih merundingkan proposal itu. 

Ada sejumlah poin yang dinilai Palestine Chronicle merugikan Palestina dalam proposal Trump. Pertama, pembentukan Dewan Perdamaian, sebuah badan internasional baru yang akan mengawasi rekonstruksi Gaza. Badan tersebut dilaporkan akan diketuai oleh Trump sendiri, dengan keterlibatan mantan perdana menteri Inggris Tony Blair, menantu Trump Jared Kushner, dan mitra regionalnya.

Mengingat rekam jejak Blair yang dihujat di Timur Tengah akibat memicu invasi Irak pada 2003 dengan kebohongan, dukungannya yang tak tergoyahkan terhadap Israel, dan kedekatannya dengan Netanyahu, mekanisme seperti itu hampir pasti akan mengganggu upaya rekonstruksi untuk melayani kepentingan Israel dan memberdayakan aktor-aktor oportunistik di Gaza. Sumber-sumber lokal telah menyatakan kekhawatirannya bahwa hal ini dapat melibatkan jaringan kriminal dan pengusaha yang memiliki hubungan dengan tokoh kriminal seperti Yasser Abu Shabab.

Persoalan pelucutan senjata Hamas juga bermasalah. Perlawanan meletakkan senjatanya ketika tidak ada perang besar atau eskalasi militer, dan hanya mengangkat senjata tersebut—selain beberapa pengecualian—ketika Israel melancarkan agresi besar-besaran di Jalur Gaza.

Karena faksi-faksi Palestina tidak beroperasi secara terbuka, dan mereka juga tidak menyimpan senjata mereka di gudang senjata yang diketahui publik, tidak jelas bagaimana pengamat “independen” dapat mulai memverifikasi proses tersebut. Namun pada prinsipnya, kondisi ini akan memberi Netanyahu alasan untuk menyatakan proposal tersebut sebagai sebuah kemenangan, meskipun tidak ada perubahan nyata di lapangan.

Latihan Pilar Perkasa yang digelar kesatuan faksi perlawanan Palestina di Gaza pada September 2023.

Menurut usulan tersebut, warga Palestina harus membebaskan semua tawanan Israel dalam waktu 72 jam—tanpa jaminan bahwa Israel akan memenuhi kewajibannya, termasuk penarikan penuh dan pembebasan ribuan tahanan Palestina.

Mengingat sejarah panjang Netanyahu dalam melanggar perjanjian gencatan senjata, kecil kemungkinannya bahwa Perlawanan akan menerima klausul ini begitu saja. Bagi mereka, risiko menyerahkan alat tawar-menawar terkuat mereka tanpa jaminan imbalan yang mengikat akan menjadi terlalu besar.

Sementara, pasukan Israel terus melakukan pembantaian sementara Trump dan Netanyahu menyampaikan 20 poin untuk menghentikan agresi di Jalur Gaza. Puluhan syahid dalam serangan-serangan yang terpusat di Kota Gaza tersebut. 

Layanan darurat mengatakan kepada Aljazirah bahwa beberapa orang syahid dan banyak yang hilang menyusul serangan udara Israel yang menargetkan sebuah rumah di lingkungan Sabra, di bagian selatan Kota Gaza.

Sebuah helikopter Israel menargetkan Jalan Jaffa di lingkungan Tuffah timur, sementara artileri Israel, beberapa kali, menembaki Jalan Omar al-Mukhtar, jalan utama di Kota Gaza. Sumber medis mengatakan kepada Aljazirah bahwa setidaknya 39 orang syahid di Gaza sejak Senin fajar, termasuk 28 orang di Kota Gaza. 

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |