U2 Bersuara untuk Palestina, Sebut Tindakan Netanyahu tak Bermoral

6 hours ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Grup musik legendaris U2 menyuarakan keprihatinan mereka terhadap krisis yang sedang berlangsung di Palestina. Melalui sebuah unggahan panjang di Instagram, keempat personel U2 yakni Adam Clayton, Bono, The Edge, dan Larry Mullen Jr, menyampaikan tanggapan pribadi mereka mengenai isu tersebut.

Vokalis Bono, U2, secara spesifik menyatakan bahwa tindakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terasa seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sejak serangan pada 7 Oktober 2023, situasi di Gaza terus memburuk. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 61.158 warga Palestina meninggal dunia sejak Oktober 2023. Meskipun Israel menolak tuduhan genosida dan menyatakan bahwa operasi militernya adalah tindakan pertahanan diri yang sah, beberapa pakar hak asasi manusia PBB dan badan-badan PBB menyatakan tindakan militer Israel di Gaza merupakan genosida, dan Mahkamah Internasional menemukan bahwa klaim genosida tersebut masuk akal.

Sebelumnya, pada acara Ivor Novello Awards pada Mei, Bono mengkritik Netanyahu, bahkan menggambarkan beberapa menteri Netanyahu sebagai "fundamentalis sayap kanan". Kini, dalam pernyataan terbarunya, Bono kembali menegaskan kecamannya terhadap Pemerintah Israel. Menurut dia, Pemerintah Israel pantas mendapatkan kecaman tanpa keraguan.

“Tidak ada pembenaran atas kebrutalan yang dia (Netanyahu) dan pemerintah sayap kanannya timpakan pada rakyat Palestina di Gaza di Tepi Barat. Dan tidak hanya sejak 7 Oktober, jauh sebelum itu juga, meskipun tingkat kebejatan dan anarki yang kita lihat sekarang terasa seperti belum pernah terjadi sebelumnya," ujar Bono dikutip dari laman NME pada Senin (11/8/2025).

Bono melanjutkan dengan kekhawatiran yang mendalam. “Kami tahu sisa Jalur Gaza dan Tepi Barat adalah berikutnya. Kita berada di abad apa? Apakah dunia belum selesai dengan pemikiran sayap kanan yang jauh, jauh sekali ini? Kita tahu di mana itu berakhir, perang dunia, milenialisme,” kata dia.

Bono merasa penting untuk menyampaikan sikap U2 terkait situasi di Gaza. "Saya ingin memperjelas kepada siapa pun yang peduli untuk mendengarkan kecaman band kami terhadap tindakan tidak bermoral Netanyahu dan bergabung dengan semua orang yang menyerukan penghentian permusuhan di kedua belah pihak," kata dia.

Gitaris U2, The Edge, mengatakan tidak akan ada perdamaian tanpa keadilan. "Tidak ada rekonsiliasi tanpa pengakuan. Dan tidak ada masa depan kecuali kita menolak membiarkan masa lalu terulang kembali. Jalan menuju perdamaian sulit. Tapi tidak pernah terlalu terlambat, atau terlalu awal, untuk mulai menjalaninya," ujarnya.

Bassist U2, Adam Clayton, menyampaikan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam konflik memiliki kendali penuh untuk memutuskan apakah mereka akan memprioritaskan nyawa warga sipil atau tidak. Ketika nyawa warga sipil menjadi korban, itu bukan sekadar "efek samping" dari perang, melainkan hasil dari pilihan yang mereka ambil.

Drummer U2, Larry Mullen Jr, mengatakan "kekuatan" untuk mengubah kekejian ini ada di tangan Israel. "Saya percaya rakyat Palestina berhak atas hak yang sama dan sebuah negara milik mereka sendiri," kata dia.

Pernyataan U2 ini menambah deretan suara musisi yang lantang mengkritik krisis kemanusiaan di Gaza. Sebelumnya, musisi lain seperti Damon Albarn juga menggambarkan apa yang terjadi di Gaza sebagai genosida. "Kita tidak bisa menyangkal keberadaan rakyat Palestina," ujarnya.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |