Transformasi Pesantren Mendesak, 300 Pimpinan Ponpes di DIY Bahas Langkah Hadapi Tantangan Zaman

3 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -  Di tengah gempuran era digital dan pesatnya kemajuan teknologi, pondok pesantren dihadapkan pada tantangan besar untuk tetap relevan dan berdaya. Bukan sekedar pilihan, transformasi pesantren kini menjadi kunci bertahan yang tidak lagi bisa ditunda. Perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi yang berlangsung begitu cepat menuntut pesantren untuk mengevaluasi peran dan sistemnya. 

Merespons kondisi ini, sebanyak 300 pengasuh pondok pesantren, kepala sekolah, dan pengelola lembaga pendidikan di lingkungan pesantren se-DIY berkumpul dalam Konferensi Regional Pesantren 2025 yang berlangsung di Hotel Grand Tjokro. Ketua PW RMI NU DIY, KH M Nilzam, menekankan bahwa forum yang mengusung tema 'Menguatkan Kemandirian dengan Adaptasi dan Inovasi' ini hadir sebagai upaya konkret agar pesantren tetap eksis dan mampu menjawab kebutuhan zaman.

Ratusan pengasuh pondok pesantren itu menyusun langkah-langkah nyata transformasi pesantren yang tidak hanya adaptif, tetapi juga tetap menjaga jati diri sebagai pusat pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan umat.

"Di forum ini, para pimpinan pesantren dan lembaga pendidikan yang berada di bawahnya diajak untuk memikirkan perlunya melakukan transformasi digital agar sistem pendidikan pesantren tetap relevan dan mampu beradaptasi di era disrupsi teknologi," ujarnya, Senin (11/8/2025).

Nilzam menegaskan transformasi ini tidak akan mencabut akar tradisi pesantren. Sebaliknya, justru memperkuat posisi pesantren sebagai lembaga dakwah dan perjuangan umat. Tradisi tetap dijaga, tetapi metode dan pendekatan harus diperbarui agar tidak tertinggal oleh zaman.

"Transformasi pendidikan dan pemberdayaan umat tidak menghilangkan tradisi pesantren sebagai lembaga perjuangan dan dakwah. Semangatnya tidak lagi berupa wacana, tetapi langsung ke teknis dengan pemberdayaan bersama beberapa pesantren," ucapnya.

Tantangan Internal dan Eksternal Pesantren

Ketua Tim Forum Percepatan Transformasi Pesantren, KH Syaifullah Maksum, dalam sambutannya menyampaikan bahwa saat ini pesantren tengah menghadapi dua tantangan utama baik pada internal maupun eksternal. 

Secara internal, meski jumlah pesantren di Indonesia telah mencapai lebih dari 49 ribu dengan santri lebih dari 4,5 juta, ia mengungkapkan masih banyak yang belum berkembang secara optimal karena terbatasnya infrastruktur, tenaga pendidik, dan sistem kurikulum.

Sedangkan di sisi eksternal, pesantren juga dihadapkan pada realita sosial yang kompleks. Berdasarkan survei, hanya sekitar 5 persen lulusan santri yang menjadi ulama atau kiai di level nasional maupun daerah. Hal ini menjadi alarm bahwa pesantren perlu memperluas peran dan tujuan pendidikannya.

"95 persen bagaimana? Ini monggo kita diskusikan. Selain jadi kiai dan ulama penerus, santri juga harus disiapkan untuk mengimbangi perkembangan luar biasa di luar pesantren," ucapnya.

Menurut KH Syaifullah, pesantren ke depan perlu memperkuat tradisi yang sudah baik, tetapi juga membuka diri terhadap ilmu pengetahuan modern. Santri yang mampu menghafal Alquran dan hadits, juga perlu diperkenalkan pada konsep-konsep sains dan teknologi yang kini menjadi tulang punggung kemajuan bangsa. Hal ini bukanlah pertentangan, melainkan proses konvergensi antara ilmu agama dan ilmu umum.

Lebih jauh, ia juga menyoroti pentingnya reformasi kelembagaan dan regulasi pesantren. Meski UU Pesantren telah berjalan lebih dari enam tahun, masih banyak daerah yang belum memiliki perda turunan. Persoalan ego sektoral, perbedaan pendekatan, hingga kekhawatiran akan perubahan harus mulai ditinggalkan. Tantangan hari ini menuntut kesatuan langkah dan kolaborasi yang luas.

Kemandirian ekonomi juga menjadi isu utama dalam transformasi pesantren. Banyak pesantren telah memulai usaha produktif dan pemberdayaan ekonomi berbasis lokal, namun perlu ditingkatkan dan disinergikan secara sistematis agar menjadi kekuatan kolektif pesantren di tingkat nasional.

"Ponpes harus melakukan transformasi agar di masa depan pesantren tidak kehilangan fungsi sosialnya," ujar KH Syaifullah.

Sementara itu, Ketua DPW PKB DIY, Agus Sulistyono, menambahkan pentingnya percepatan transformasi pesantren. Ia menyebut, pesantren punya peran penting dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosial seperti kemiskinan, dan oleh karena itu perlu didorong agar tidak tertinggal oleh zaman.

"Pada era digital ini pondok pesantren harus mengikuti perkembangan zaman. Sebab dalam faktanya pondok pesantren memiliki andil dalam mengentaskan kemiskinan. Maka langkah percepatan transformasi pesantren sangat penting," ungkapnya.

Salah satu narasumber, Amirudin Amar, juga menekankan pesantren harus mampu terus berinovasi dan beradaptasi agar tetap eksis di tengah perubahan yang cepat. Ia mendorong konferensi ini bukan sekadar forum diskusi, tetapi juga menjadi awal dari gerakan kolektif yang bisa memperkuat pesantren sebagai kekuatan pendidikan Islam yang tangguh, progresif, dan mandiri di tengah era baru.

"Ponpes bagaimana terus beradaptasi dan berinovasi dengan perubahan zaman agar tetap eksis," kata dia.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |