Nina Marlina, A.Md
Agama | 2025-08-11 10:26:55
Oleh Nina Marlina, A.Md
Aktivis Muslimah
Zionis memang benar-benar tak berprikemanusiaan. Mereka tidak puas melakukan pembantaian dan pengeboman kepada rakyat Palestina. Saat ini mereka melakukan aksi keji lainnya yaitu dengan melakukan pelaparan sistematis. Blokade pangan dan obat-obatan dilakukan oleh Zionis laknatullah. Akibatnya penduduk Gaza mengalami malnutrisi hingga kematian karena pelaparan ini.
Dikutip dari Sindonews, 24/07/2025 Otoritas Mesir telah menekan Imam Besar Al-Azhar, Ahmed al-Tayeb, untuk mencabut pernyataannya yang mengecam pengepungan oleh Israel karena telah menyebabkan kelaparan massal penduduk Gaza, Palestina. Tindakan yang diambil Mesir tersebut tentu sangat ironi karena cenderung berpihak kepada Israel padahal negara ini berhadapan langsung dengan Gaza. Diketahui, pernyataan kecaman Imam Ahmed al-Tayeb sempat dipublikasikan di berbagai media besar Mesir, termasuk platform milik United Media Service sebelum akhirnya dihapus.
Para pejabat Mesir mengeklaim pernyataan Imam Ahmed al-Tayeb sedang direvisi dan akan diterbitkan ulang. Adapun dalam pernyataannya tersebut Imam Ahmed al-Tayeb mengimbau hati nurani orang-orang bebas di seluruh dunia untuk segera menyelamatkan Gaza dari kelaparan yang mematikan. Ia pun menyebutkan bahwa anak-anak dibunuh dan dibiarkan mati kelaparan dan luka yang tidak diobati karena pusat-pusat medis ditutup. Ia juga mengecam tindakan Israel di Gaza sebagai "genosida total", mengutuk mereka yang memasok senjata atau menawarkan perlindungan politik sebagai "mitra dalam pemusnahan ini.
Pelaparan Sistematis, Aksi Keji Nyata Zionis
Sungguh ironi, Mesir menekan Imam Besar Al Azhar untuk mencabut pernyataannya tentang Zionis, padahal dunia menyaksikan pelaparan sistemis dunia menjadi senjata Yahudi untuk genosida. Hal ini disinyalir dilakukan agar tidak mengganggu hubungan Mesir dengan Zionis. Selain itu juga agar proses negosiasi Mesir dengan entitas Yahudi aman.
Para penguasa seolah-olah muslim buta dan tuli atas realita di Gaza. Seolah tak ada ada ikatan iman mereka dengan Muslim Gaza. Memang benar, rezim Mesir sudah lama berkhianat. Mereka enggan membuka perbatasan Rafah untuk menyampaikan bantuan ke Gaza. Mereka berdalih bahwa cara itu akan menciptakan ketidakstabilan dan banjir pengungsi asal Gaza masuk ke negaranya.
Sungguh mereka tidak iba melihat dan mendengar rintihan penduduk Gaza yang menderita. Ratusan ribu penduduk terdampak kelaparan ini. Sudah dipastikan anak-anak dan perempuan termasuk di antara mereka. Data per 5 Agustus 2025, 175 warga Gaza, termasuk 93 anak-anak, meninggal akibat kelaparan akut. Sementara itu puluhan ribu lainnya mengalami malnutrisi kronis karena minimnya pasokan nutrisi. (metrotvnews.com).
Pelaparan sistematis ini adalah aksi keji Zionis untuk menghancurkan penduduk Gaza. Mereka membiarkan penduduk Gaza mati perlahan karena kelaparan. Gaza mengalami kekurangan pasokan makanan, air bersih, bahan bakar, alat medis dan obat-obatan.
Lucunya, pihak Zionis mengeklaim bahwa blokade tersebut dilakukan karena khawatir jika bantuan kemanusiaan akan dimanfaatkan oleh Hamas. Oleh karena itu, Zionis bersama Amerika Serikat mengusulkan sistem distribusi bantuan baru melalui sebuah lembaga bernama Gaza Humanitarian Foundation (GHF). Namun niat jahat mereka tidak mampu ditutup-tutupi. Rencana tersebut hanyalah upaya licik mereka agar dapat mengontrol distribusi bantuan.
Lebih parahnya lagi, banyak warga yang sedang memberikan bantuan tiba-tiba diserang dengan tembakan sehingga tewas seketika. Zionis berdalih mereka sedang mengejar seorang pejuang Hamas. Padahal militer zionis jelas-jelas telah mengincar warga Gaza yang mencoba mengakses bantuan sehingga terjebak dalam jebakan maut. Sungguh ini merupakan kekejian nyata Zionis.
Aksi Nyata Untuk Gaza
Gaza masih terus menderita, namun sayangnya sebagian besar penguasa di dunia masih memilih bungkam karena menimbang kepentingan politiknya. Mereka lebih takut kepada AS. Mereka lebih memilih kekuasaan, dukungan politik, ekonomi, dan keamanan. Diantara mereka ada yang membuat kesepakatan normalisasi hubungan dengan Zionis. Ada pula yang mengusulkan solusi dua negara sebagai untuk menyelesaikan masalah Palestina. Padahal Allah Swt. telah mengingatkan bahwa ikatan ukhuwah Islamiyah sebagai landasan hubungan antar muslim. Namun, kepentingan dunia, jabatan dan kekuasaan telah mematikan ukhuwah Islamiyah ini dan menjerumuskan mereka pada kelemahan di hadapan musuh Allah.
Sungguh tidak layak bagi penguasa muslim berdiam diri termasuk menghadang rakyatnya yang membantu Gaza dan mengecam tindakan Zionis. Semestinya mereka mencontoh ketegasan penguasa di masa kejayaan Islam. Salah satunya adalah Sultan Abdul Hamid II yang dengan ketegasannya menolak tawaran mentah-mentah utusan Yahudi Theodore Herzl untuk membeli tanah Palestina bagi pemukim Yahudi, meski dengan iming-iming pembebasan utang luar negeri Utsmaniyah dan memberikan hadiah uang. Ia adalah potret penguasa yang menjaga kemuliaan Allah dan rasul-Nya dan menjaga umat Islam menjadi umat terbaik.
Untuk itu, kemuliaan umat harus diperjuangkan kembali. Umat harus dibangun kesadarannya akan janji Allah, dan didorong dapat mewujudkan kembali kejayaannya. Namun, upaya itu membutuhkan kepemimpinan sebuah jamaah dakwah ideologis yang tulus mengajak umat untuk berjuang. Dengan rahmat Allah, jalan dakwah akan mendapatkan hasil sepanjang menapaki thariqah Rasulullah,sebagaimana yang diemban oleh jamaah dakwah ideologis yang tulus menerapkan Islam kafah. Demikian juga perjuangan pengabdian Palestina akan terwujud ketika khilafah tegak dan terwujudnya jihad sebagai solusi tuntas.
Khatimah
Zionis tak henti-hentinya melancarkan aksi kejinya terhadap Palestina. Untuk itu, perjuangan membela Palestina pun tak akan berhenti hingga Islam meraih kemenangan. Jangan lupakan Palestina, jangan lelah berjuang untuk mereka hingga para penguasa benar-benar melakukan aksi nyata dalam mengusir Zionis dari negeri para Anbiya. Wallahu a'lam bishawab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.