Harga Emas Dunia Melemah Imbas Kesepakatan Dagang AS-Uni Eropa

10 hours ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, memprediksi harga emas dunia akan mengalami pelemahan seiring adanya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Namun, pergerakan pelemahan komoditas safe haven tersebut dinilai tidak akan berlangsung lama.

“Pada Sabtu pagi (26/7/2025), harga emas dunia ditutup di level 3.336 dolar AS per troy ons. Ada kemungkinan secara daily, harga emas dunia masih akan melemah, diperkirakan menuju level 3.300 dolar AS per troy ons,” ujar Ibrahim dalam keterangannya, dikutip Senin (28/7/2025).

Namun, secara weekly, Ibrahim memproyeksikan harga emas dunia masih berpeluang mengalami kenaikan sehingga diprediksi akan segera rebound.

“Jadi, prediksi saya, harga emas dunia walaupun turun mendekati 3.300 dolar AS per troy ons, setelah itu akan kembali naik ke level 3.357 dolar AS per troy ons. Kalau tembus, kemungkinan ke level 3.380 dolar AS per troy ons,” jelasnya.

Ibrahim menjelaskan fluktuasi harga emas dunia dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kesepakatan dagang dan ketegangan geopolitik. Melemahnya harga emas, kata dia, dipicu oleh kesepakatan antara AS dan Uni Eropa yang kemungkinan besar akan menyepakati tarif sebesar 15 persen. Sebelumnya, kesepakatan serupa juga telah terjadi dengan Jepang dan China.

Selain itu, arah kebijakan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve, juga turut memengaruhi harga emas dunia. Jadwal pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dijadwalkan berlangsung pada 29–30 Juli 2025.

“Trump (Presiden AS) kembali melakukan kunjungan ke kantor The Fed yang sedang direnovasi. Dalam pertemuan tersebut, Trump dan Powell (Ketua The Fed) membahas kemungkinan penurunan suku bunga. Artinya, ada satu kesepakatan,” ujarnya.

Namun, Ibrahim menilai kepastian soal penurunan suku bunga masih belum jelas, apakah akan dilakukan pekan ini atau pada FOMC Agustus 2025. “Jika The Fed mempertahankan suku bunga, bisa saja Trump akan marah, dan ini akan memercik harapan harga emas dunia kembali naik,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ibrahim menyebut pasar sebenarnya tidak sepenuhnya menantikan kebijakan suku bunga dari FOMC. Yang dinanti adalah pernyataan Powell mengenai kondisi ekonomi global pascaperang dagang.

“Karena kita lihat untuk aluminium dan baja, tarifnya sudah 30–50 persen. Artinya, perang dagang masih akan terus memicu eskalasi geopolitik dan menambah persoalan ekonomi global,” jelasnya.

Di sisi lain, Ibrahim menyoroti gagalnya gencatan senjata antara Israel dan Hamas. AS disebut keluar dari perundingan karena beberapa poin dianggap merugikan pihak Hamas. “Ini kemungkinan besar membuat perang di Jalur Gaza terus berlangsung dan berdampak ke wilayah sekitar seperti Yaman, Lebanon, dan Suriah. Ini akan memercik kembali tensi geopolitik,” tuturnya.

Ia juga mencatat Rusia terus menerima sanksi ekonomi dari Eropa dan AS akibat perang dengan Ukraina, yang turut memperkeruh situasi global. “Ini memantik geopolitik. Jadi, ada 40 persen faktor negatif yang bisa menekan harga emas, tapi 60 persen fundamentalnya tetap positif,” kata dia.

Berdasarkan proyeksinya, jika mengalami pelemahan dalam perdagangan Senin (28/7/2025) dan Selasa (29/7/2025), harga emas dunia bisa turun ke level 3.300 dolar AS per troy ons, lalu kembali menguat hingga menyentuh 3.357 dolar AS per troy ons, bahkan mencapai 3.380 dolar AS per troy ons.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |