Putra Lampung, Penulis Buku Fiqih Islam (Perdana) Legendaris

6 hours ago 3

Home > Historia Tuesday, 26 Aug 2025, 10:44 WIB

Pengabdian Sulaiman Rasjid tidak saja dalam bidang agama Islam dan dakwah. Selain jadi pemikir (intelektual) Islam, ia juga dikenal pejuang bangsa mengangkat senjata melawan penjajah.

 Sumatralink.id/Mursalin Yasland)Sulaiman Rasjid, penulis Buku Fiqh Islam yang sangat legendaris. (Foto: Sumatralink.id/Mursalin Yasland)

SUMATRALINK.ID (REPUBLIKA NETWORK) – Jikalau ia masih hidup, usianya seabad lebih seperempat tahun. Tapi, Allah Subhanahuwata’ala (SWT) berkehendak lain kepada hamba-Nya yang bernama Sulaiman Rasjid yang menutup mata di usia 75 tahun. Sulaiman Rasjid boleh jadi sudah tiada, tapi bukunya tetap ‘hidup’ sepanjang masa.

Seorang anak desa yang kiprah hidupnya sudah melanglang buana di nusantara dan manca negara menghasilkan karya tulis yang monumental di Indonesia. Buku Fiqh (baca: fikih) Islam yang dirintis sejak tahun 1930-an dan terbit perdana 1954, menjadi buku legendaris yang dipakai di pondok pesantren, sekolah umum, perguruan tinggi, dan lembaga pendidikan Islam dan umum lainnya di Tanah Air sampai hari ini.

Sulaiman Rasjid bin Lasa, lahir di Pekon (Desa) Tengah, Liwa, Kabupaten Lampung Barat (dulu masuk Kabupaten Lampung Utara), Lampung pada tahun 1901. Lelaki yang kerap berpeci hitam ini, seperti dalam biografi di bukunya, setelah sekolah dasar di Kotaagung (Tanggamus, sekarang), ia merantau untuk menuntut ilmu Islam ke Padang, Sumatra Barat.

Di Padang Panjang, medio 1917-1923, ia mendapat pengasuhan dari Buya Kiyai Haji Abbas di Perguruan Tuwalib, pondok pesantren binaannya. Selesai di pondok tersebut, ia balik kampung. Ia ke tempat asalnya menempuh pendidikan dasar sebagai guru agama (ustadz) di Kotaagung pada 1926.

Tak berapa lama, jiwa muda Sulaiman Rasjid terus bergolak untuk mendapatkan dan mengembangkan keilmuan Islamnya. Ia merantau ke Johor, Malaysia tahun 1926. Setahu kemudian, ia hijrah untuk kuliah di Universita Al-Azhar, Kairo, Mesih pada tahun 1927.

Di Mesir, ia menempuh pendidikan selama sembilan tahun pada sekolah muallim (guru) dan melanjutkan ke pendidikan Takhassus Fiqh (ilmu hukum). Enam tahun kuliah, ilmu Fiqh Islam tersebut berhasil ia tamatkan. Sulaiman Rasjid muda memang bukan dari keluarga mampu atau kaya. Orangtuanya seorang petani di desa.

Sebelum pulang ke Tanah Air dan menunaikan ibadah haji, dari Mesir ia hijrah ke Madinah, Saudi Arabia pada tahun 1936. Di Madinah, ia bekerja dan mendapatkan penghasilan untuk hidup.

Image

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |