REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali mempertegas posisinya sebagai lembaga pendidikan vokasi strategis dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) unggul di bidang ketenaganukliran. Melalui wisuda tahun akademik 2024/2025 yang menjadi bagian dari perayaan Dies Natalis ke-40, kampus ini menandai keberhasilannya dalam mencetak lulusan yang tidak hanya andal secara teknis, tetapi juga siap menjawab tantangan masa depan energi nasional.
Direktur Poltek Nuklir BRIN, Dr Eng Zainal Arief mengatakan ada sebanyak 74 wisudawan dengan 65 di antaranya lulus dengan predikat cumlaude. Selama masa studi, mereka tidak hanya dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan teknis, tetapi juga dengan berbagai sertifikasi industri yang diakui secara nasional dan internasional. Sertifikasi ini mencakup antara lain Petugas Proteksi Radiasi (PPR), Sertifikasi Radiografi Industri Tingkat I, Ultrasonic Testing ASNT Level 2, hingga Teknisi K3 Umum dari Kementerian Ketenagakerjaan.
Selain itu, wisudawan juga mencatatkan prestasi membanggakan di tingkat nasional dan internasional seperti Angelica Isabela Christian, David Irfan Jasir, Sahara Eka Kencana Murni, hingga tim mahasiswa yang menjadi finalis kompetisi internasional 4th International Science Technology and Engineering Competition (ISTEC) 2023.
"Poltek Nuklir menyiapkan SDM yang santun, amanah, dan ekselen, agar mampu berkontribusi nyata di dunia kerja, industri, maupun riset. Mereka bukan hanya siap di bidang teknis ketenaganukliran, tetapi juga memiliki nilai tambah untuk berdaya saing global," ujar Zainal, Rabu (10/9/2025).
Ia menyebut momen ini juga menjadi bagian dari komitmen Poltek Nuklir dalam menyiapkan talenta vokasi yang kompeten dan relevan guna mendukung pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) komersial pertama Indonesia yang ditargetkan beroperasi pada 2032.
Sebagai langkah konkret mendukung agenda strategis nasional di bidang energi tersebut, Zaenal menyampaikan Poltek Nuklir telah melakukan penyelarasan kurikulum sejak 2024 dengan meluncurkan enam peminatan baru pada tiga program studi yang ada.
Peminatan tersebut mencakup Pembangkit Energi Nuklir & Analisis Kenukliran, Instrumentasi Medik Nuklir & Teknologi Akselerator serta Bahan Bakar Nuklir & Produksi Radiofarmaka. Penyesuaian ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga vokasi yang tidak hanya mendukung operasional PLTN, tetapi juga penerapan teknologi nuklir di sektor kesehatan, industri, dan pertanian.
"Penyesuaian kurikulum ini kami mulai sejak 2024, sehingga pada 2028 sudah ada lulusan dengan kompetensi sesuai kebutuhan pembangunan PLTN maupun pemanfaatan teknologi nuklir untuk industri, pertanian, dan medis," ungkap Zainal.
Sementara itu, Deputi Sumber Daya Manusia dan IPTEK BRIN, Prof Edy Giri Rachman Putra, menegaskan bahwa penguatan SDM merupakan prioritas utama pemerintah dalam menyongsong visi Indonesia Emas 2045. Ia menekankan pentingnya peran Poltek Nuklir sebagai penyedia tenaga vokasi spesifik dalam bidang nuklir.
Sejak awal 1980-an, Edy tak menepis bahwa Indonesia telah menyiapkan SDM nuklir melalui berbagai jalur, termasuk UGM, ITB, dan Poltek Nuklir yang fokus pada tenaga vokasi sebagai nuclear technologist.
"Perbedaan Poltek Nuklir adalah fokus pada nuclear technologist, tenaga vokasi yang kompeten mengoperasikan dan memelihara fasilitas nuklir. Peran mereka sangat vital dalam mewujudkan PLTN 2032," ujarnya.
Keyakinan terhadap kesiapan SDM itu juga semakin diperkuat dengan pengalaman Indonesia mengelola tiga reaktor nuklir yang ada serta produksi sekitar 300 sarjana bidang nuklir setiap tahunnya dari berbagai perguruan tinggi.
"Jadi saya kira, terkait pemenuhan SDM, kita sudah siap untuk memenuhi kebutuhan operasional PLTN tersebut," kata Edy.