REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kita semua mungkin pernah mengalami malam-malam kurang tidur. Namun jika ini terjadi secara rutin, dampaknya bisa serius bagi kesehatan. Parahnya, terkadang kita tidak menyadari ada yang salah.
Kurangnya kesadaran ini bisa membuat kita luput mengenali tanda peringatan besar untuk kesehatan jantung. Para dokter sepakat, satu kebiasaan di malam hari, yaitu mendengkur, bisa menjadi sinyal bahaya bagi penyakit jantung.
Dengkuran, yang kerap dianggap sepele, sebenarnya adalah hasil getaran pada saluran napas bagian atas. Menurut seorang profesor di Penn Medicine, Nithin Adappa, MD, getaran ini bisa berasal dari hidung, mulut, atau pangkal lidah. Dengkuran bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia, konsumsi alkohol, hidung tersumbat, atau kelebihan berat badan.
Walaupun dengkuran ringan tidak perlu dikhawatirkan, dengkuran berat bisa jadi pertanda sleep apnea atau henti napas saat tidur.
"Tanda-tanda lain dari sleep apnea termasuk terbangun di malam hari dengan perasaan seperti terengah-engah, kantuk berlebihan di siang hari, dan pasangan tidur yang mencatat periode henti napas," kata Adappa dikutip dari laman Best Life pada Ahad (24/8/2025).
Diperkirakan sekitar 30 juta orang di AS menderita sleep apnea, tetapi hanya sebagian kecil yang terdiagnosis. Padahal, kondisi yang paling umum disebut obstructive sleep apnea (OSA) ini sangat berbahaya.
Cleveland Clinic menjelaskan OSA terjadi ketika saluran napas menyempit atau tersumbat saat tidur. Kondisi ini membuat kadar oksigen dalam darah menurun, yang memicu otak untuk membangunkan tubuh agar bisa bernapas kembali. Proses ini memang penting untuk bertahan hidup, namun juga mengganggu kualitas tidur secara signifikan.
Dampak dari OSA tidak main-main. Menurut ahli bedah dari UCLA Health, Marilene B Wang, MD, penderita OSA memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung. "Peningkatan kerja pernapasan saat tidur dan terhentinya napas (apnea) mengakibatkan penurunan kadar oksigen dalam darah dan ketegangan pada jantung," kata dia.
Senada dengan itu, Dana L Crosby, MD, dari Southern Illinois University School of Medicine, menyebut OSA dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kardiovaskular, termasuk tekanan darah tinggi, stroke, hingga serangan jantung.
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di Journal of Clinical Sleep Medicine, OSA dapat meningkatkan risiko gagal jantung hingga 140 persen dan stroke sebesar 60 persen. Bahkan, American Heart Association (AHA) mencatat bahwa banyak pasien dengan penyakit jantung, seperti gagal jantung dan fibrilasi atrium, juga menderita OSA. Mereka memperingatkan bahwa kondisi ini sering kali luput dari perhatian para ahli medis.
Jika dengkuran sudah mengganggu, segera konsultasikan ke dokter. Biasanya, dokter akan merekomendasikan studi tidur (polisomnogram) untuk mendiagnosis sleep apnea. Setelah terdiagnosis, penanganan pertama yang umum adalah penggunaan alat CPAP (continuous positive airway pressure). Mesin ini membantu menjaga saluran napas tetap terbuka dengan meniupkan udara selama tidur.
Selain CPAP, ada juga beberapa pengobatan alami yang bisa dicoba, seperti mengurangi konsumsi alkohol, tidur miring, atau mengobati hidung tersumbat. Penurunan berat badan juga sangat disarankan.
"Saat kita menurunkan berat badan, dinding tenggorokan dan lidah menjadi lebih tipis dan ruang pernapasan membesar," kata Ofer Jacobowitz, MD, PhD.
Jika CPAP tidak efektif, opsi bedah bisa dipertimbangkan. Operasi umumnya bertujuan untuk mengurangi kelebihan jaringan di saluran napas. Namun, perlu diingat, CPAP tetap dianggap sebagai standar emas pengobatan karena efektivitasnya yang tinggi.