Jepang Investasi Kapal 550 Miliar: Janji Raksasa, Realisasi Tanda Tanya?

20 hours ago 9

Home > Port Friday, 25 Jul 2025, 15:30 WIB

Jika janji ini terpenuhi, dunia akan menyaksikan rekor investasi lintas negara terbesar sepanjang sejarah.

Freepik Sumber:Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta— Di tengah sorotan negosiasi dagang AS–Jepang, muncul sebuah janji investasi luar biasa: Jepang akan menggelontorkan dana hingga $550 miliar untuk mendukung lima sektor strategis Amerika, termasuk industri pembangunan kapal. Tapi seperti banyak janji megainvestasi sebelumnya, pertanyaannya tetap: apakah ini nyata, atau sekadar retorika geopolitik yang dibungkus diplomasi?

Kesepakatan ini merupakan hasil dari negosiasi tarif yang dipimpin oleh Menteri Perdagangan Howard Lutnick, yang mengusulkan agar investasi ini diarahkan langsung oleh Presiden Donald Trump. Ya, Anda tidak salah baca: dialokasikan secara pribadi oleh presiden. Sebagai imbal balik, Amerika akan menurunkan tarif atas produk Jepang, termasuk mobil.

Yang menarik (atau mencemaskan), AS juga akan “menjaga” 90 persen keuntungan dari dana tersebut. Skema seperti ini tentu belum pernah terjadi sebelumnya dalam investasi bilateral.

Di antara sektor yang akan disasar, industri perkapalan menonjol, baik untuk tujuan komersial maupun pertahanan. Bahkan, beredar rumor tentang pendirian dana patungan Jepang-AS untuk membangun galangan kapal baru dan memodernisasi yang lama. Masalahnya, menurut Maritime Executive, dana yang diperkirakan bakal jauh melampaui komitmen Jepang untuk industri galangan kapal domestiknya sendiri.

Ada pula rencana investasi untuk proyek LNG raksasa di Alaska senilai $44 miliar, yang sudah berdebu di rak perencanaan selama empat dekade. Trump mengklaim Jepang akan membentuk usaha patungan dengan AS dalam proyek ini—meski tanpa rincian waktu atau struktur pendanaan.

Namun, para analis memperingatkan: “Janji” tidak sama dengan “transfer dana.” Sebagian besar dari $550 miliar diperkirakan harus berasal dari swasta Jepang—yang berarti tunduk pada kalkulasi bisnis, bukan tekanan diplomatik.

"Ini hanya target pemerintah, bukan keputusan bisnis yang pasti," tulis ekonom Nomura Research Institute, Takahide Kiuchi. Bahkan, menurut Menteri Keuangan AS Scott Bessent, jika Trump kecewa di tengah jalan, tarif bisa dinaikkan lagi ke 25 persen. Ancaman terselubung atau diplomasi gaya baru?

Jika janji ini terpenuhi, dunia akan menyaksikan rekor investasi lintas negara terbesar sepanjang sejarah. Namun jika tidak, ini hanya akan menjadi catatan kaki dari era di mana janji politik lebih keras daripada realitas ekonomi.

Image

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |