REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Insiden kekerasan terhadap seorang dokter residen kembali mencuat. Kali ini, dialami oleh seorang peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta berisinial EN.
Ia menjadi korban pemukulan oleh salah satu anggota keluarga pasien dan menuai perhatian publik setelah ramai dibicarakan di media sosial setelah akun Instagram @drg.mirza yang membagikan tangkapan pesan berantai terkait dugaan penganiayaan residen dan isu adanya upaya meredam kasus karena hubungan keluarga dengan Direktur RSUP Sardjito.
Terkait hal ini, Manajer Hukum dan Humas RSUP Dr. Sardjito, Banu Hermawan buka suara dan menjelaskan bahwa pihak rumah sakit menolak keras segala bentuk kekerasan dan perundungan yang terjadi di lingkungan fasilitas kesehatan, baik dari internal maupun eksternal.
"Kami sampaikan bahwa RSUP Dr. Sardjito dan FKKMK UGM berkomitmen untuk menghilangkan atau zero bullying di dalam ranah pendidikan kedokteran. Kami tidak menolerir adanya bullying baik yang dilakukan oleh keluarga pasien atau oleh internal tenaga medis lain," kata Banu kepada wartawan di Yogyakarta, Senin (25/8/2025).
Kronologi Awal Kejadian
Banu menyampaikan peristiwa ini bermula pada Jumat (22/8/2025), saat RSUP Dr. Sardjito menerima rujukan pasien dari RS Soerojo Magelang. Pasien datang dalam kondisi kritis akibat perdarahan saluran cerna dan sempat mengalami henti jantung sebelumnya. Tujuan utama rujukan adalah untuk tindakan endoskopi, namun karena kondisi pasien yang tidak stabil mengharuskan penanganan kritis terlebih dahulu.
"Kami menerima (pasien tersebut dengan -Red) kondisi sudah cukup kritis, saya katakan kondisinya tidak baik, diterima di UGD pada hari Jumat. Kemudian dari sana kita berupaya secara prosedur medis kita lakukan secara penuh. Namun pada dini hari Sabtu pasien tidak tertolong, memang kondisi saat masuk sudah jelek," ucapnya.
Tidak terima atas meninggalnya pasien, salah satu anggota keluarga pasien yang merupakan seorang perempuan, melampiaskan emosi dengan memukul residen pria berinisial EN yang saat itu sedang bertugas.
"Memang dipukul, begitu. Kemudian karena yang mukul cewek, dia sendiri mau jatuh. Nah residen kami sempat memegangi supaya dia (pelaku) nggak jatuh," ujar Banu.
Meski residen sempat menangkis pukulan, ia mengalami luka di lengan dan langsung menjalani visum sebagai dokumentasi medis. Banu juga menegaskan bahwa pelaku bukan merupakan tenaga kesehatan.
Di jagat maya sendiri ramai sempat muncul informasi yang menyebutkan bahwa pelaku merupakan keluarga dari Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito. Hal ini langsung dibantah oleh pihak rumah sakit.
Tetapi diketahui, adik dari pelaku memang seorang dokter, namun bukan bagian dari staf RSUP Dr. Sardjito. Sementara pelaku adalah kakak dari pasien dan tidak memiliki latar belakang medis.
"Ini perlu kami luruskan keluarga pasien yang mengaku keluarga dirut, itu bukan keluarga dirut," kata dia.
"Ketika saat emosional itulah salah satu keluarga menyatakan kami keluarganya Bu Direktur. Saat emosional itu. Sehingga muncullah informasi ini keluarganya Bu Direktur," ungkapnya menambahkan.
Penyelesaian Secara Damai
Setelah insiden ini, pihak rumah sakit memfasilitasi pertemuan antara pelaku dan korban. Dalam pertemuan tersebut, pelaku mengakui kesalahan dan meminta maaf secara langsung.
Surat akta penyelesaian sengketa juga telah ditandatangani oleh kedua pihak sebagai bentuk penyelesaian damai. Meski begitu, RSUP Dr. Sardjito tetap menegaskan komitmennya dalam memberikan perlindungan penuh bagi seluruh tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dan tidak membenarkan aksi kekerasan dalam bentuk apa pun.
"Kita sudah bertemu bersama artinya sepakat untuk menyelesaikan ini secara mediasi. Kami sangat memberikan perlindungan terhadap tenaga medis yang ada di kita. Kita tidak membiarkan bentuk apapun intimidasi dan sebagainya terhadap SDM kita," ujar Banu.