Cli-Fi: Genre Fiksi Krisis Iklim yang Mendorong Kesadaran Lingkungan

3 hours ago 3

Image Donny Syofyan

Sastra | 2025-09-11 10:40:27

Donny Syofyan

Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Belakangan ini, istilah cli-fi (climate fiction) mulai populer di kalangan pembaca fiksi. Namun, apa sebenarnya cli-fi itu dan bagaimana ia berbeda dari genre lain, seperti fiksi ilmiah (sci-fi)? Andrew Milner dalam Australian Journal of Environmental Education (2025) membahas secara mendalam bagaimana cli-fi lahir, posisinya dalam dunia sastra, dan mengapa karya-karyanya menjadi penting dalam konteks pendidikan lingkungan.

Istilah "cli-fi" pertama kali dicetuskan oleh Daniel Bloom pada tahun 2007 untuk menggambarkan fiksi yang berfokus pada perubahan iklim. Namun, apakah cli-fi ini genre baru yang berdiri sendiri? Tidak semua orang setuju. Beberapa kritikus, termasuk penulis artikel ini, berpendapat bahwa cli-fi lebih tepat disebut sebagai sub-genre dari fiksi ilmiah (sci-fi).

Alasan utamanya ada dua. Pertama, hubungan dengan Sci-Fi. Banyak penulis dan pembaca cli-fi, serta mereka yang terlibat dalam penerbitan dan pembuatan filmnya, mengidentifikasi diri dan karya mereka sebagai bagian dari tradisi fiksi ilmiah. Sebagian besar penulis cli-fi terkemuka, seperti Kim Stanley Robinson, Jean-Marc Ligny, Dirk C. Fleck, dan James Bradley, menganggap diri mereka penulis fiksi ilmiah dan telah memenangkan berbagai penghargaan bergengsi di genre tersebut.

Kedua, fokus pada Sains dan Teknologi. Baik sci-fi maupun cli-fi memiliki struktur perasaan yang menempatkan sains dan teknologi pada posisi sentral. Jika sci-fi secara umum mengeksplorasi ilmu pengetahuan dan teknologi masa depan, cli-fi secara spesifik berfokus pada ilmu iklim dan dampaknya. Seperti yang dikatakan Kim Stanley Robinson, "ilmu pengetahuan itu sendiri adalah AI jenius yang kita takuti; ia sudah aktif dan berjalan. Perhatikanlah dan bertindaklah berdasarkan apa yang Anda pelajari. Itu adalah cara fiksi ilmiah."

Perdebatan tentang genre ini juga terkait dengan evolusi genre itu sendiri. Menurut sosiolog budaya Raymond Williams, bentuk budaya seperti genre tidak hanya soal klasifikasi formal, tetapi lebih merupakan proses sosial yang memungkinkan komunikasi budaya. Genre juga berkembang melalui tradisi selektif, di mana komunitas penulis dan pembaca secara terus-menerus memilih dan mendefinisikan nenek moyang mereka. Dalam hal ini, cli-fi jelas memilih tradisi sci-fi sebagai akarnya.

Kim Stanley Robinson sering disebut sebagai penulis berbahasa Inggris paling terkemuka. Robinson, yang telah lebih dulu dikenal sebagai penulis sci-fi dengan berbagai penghargaan, membuat kontribusi besar pada genre ini melalui karya-karyanya, terutama trilogi Science in the Capital.

Meskipun trilogi tersebut dikritik karena terlalu sarat dengan detail ilmiah dan politik Amerika yang spesifik, karya Robinson dianggap penting karena meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat umum dan di lingkungan pendidikan. Ia dikenal sebagai penulis Hard SF yang sangat menghargai riset ilmiah. Salah satu novelnya, New York 2140, bahkan memproyeksikan sebuah hasil utopis dari krisis iklim.

Robinson sering kali menanamkan unsur utopianisme dalam karyanya, sebuah visi tentang masyarakat yang ideal, meskipun dalam konteks yang dilanda bencana iklim. Misalnya, dalam novelnya, The Ministry for the Future, ia menggambarkan sebuah badan global yang berfokus pada implementasi Perjanjian Paris, dan keberhasilan mereka dibantu oleh kombinasi reformasi konstitusional dan terorisme lingkungan. Di novel lain, New York 2140, ia membayangkan perubahan politik radikal di Amerika Serikat, seperti nasionalisasi bank, yang dipicu oleh badai besar.

Namun, pendekatan Robinson ini tidak lepas dari kritik. Kritikus berpendapat bahwa visinya terlalu optimis dan tidak realistis secara politik. Misalnya, ide bahwa salah satu dari dua partai politik besar di AS bisa berubah menjadi "ekososialisme" dianggap sangat tidak mungkin. Hal serupa juga berlaku untuk novelnya Red Moon, di mana ia membayangkan Partai Komunis Tiongkok mengambil jalur sosialis yang lebih progresif di tengah krisis.

Robinson sendiri menyadari bahwa visinya ini mungkin terlihat tidak masuk akal. Baginya, fiksi ilmiah, agar lebih dari sekadar fantasi, harus memiliki realitas untuk menjadi realistis. Jadi, karyanya bisa dilihat sebagai eksperimen tentang bagaimana perubahan positif—meskipun tidak mungkin—dapat terjadi.

Fiksi ilmiah secara historis telah memiliki hubungan yang erat dengan sains. Cli-fi melanjutkan tradisi ini dengan memberikan respons fiksi terhadap masalah yang dihasilkan oleh penelitian ilmiah kontemporer, seperti perubahan iklim.

Alih-alih menyajikan cerita apokaliptik yang didasarkan pada kehancuran ilahi, cli-fi biasanya menggambarkan bencana yang disebabkan oleh manusia atau alam. Cerita-cerita ini tidak selalu berakhir dengan kehancuran total; sering kali dunia hanya mengalami kerusakan yang bisa diperbaiki, dan resolusi bukan datang dari kekuatan ilahi, melainkan dari upaya manusia.

Di sisi lain, penulis artikel ini juga mengkritik ekokritisisme, sebuah aliran kritik sastra yang berfokus pada hubungan antara sastra dan lingkungan. Ia berpendapat bahwa ekokritisisme sering kali terlalu terikat pada metode tradisional, berpusat pada literatur berbahasa Inggris (Anglophonocentric), dan terkadang bersikap anti-sains, sebuah warisan dari postmodernisme.

Sebaliknya, cli-fi yang berfokus pada sains dan teknologi, seperti karya Robinson, menawarkan perspektif yang lebih antropomorfis dan pragmatis. Mereka menerima kenyataan bahwa aktivitas manusia telah memasuki era geologis baru yang disebut Antroposen—periode di mana manusia secara signifikan membentuk takdir planet. Pendekatan ini secara implisit menyerukan tindakan aktivis untuk mengatasi dampak perubahan iklim.

Dengan demikian, cli-fi bukan hanya hiburan. Ia berfungsi sebagai alat penting dalam pendidikan lingkungan, menyediakan cara bagi non-spesialis untuk mempertimbangkan masa depan yang bergerak cepat ke arah kita. Melalui cerita-cerita yang imajinatif namun berbasis sains, cli-fi membantu kita membayangkan tantangan dan solusi untuk masa depan kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |